Hemoroid adalah kondisi yang sangat umum terjadi, ditandai dengan pembesaran atau pergeseran bantalan anus (anal cushion) yang mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat. Secara klinis, gejalanya meliputi perdarahan saat buang air besar, rasa tidak nyaman, dan dalam kasus berat, prolaps atau keluarnya jaringan dari anus.
Secara anatomi, hemoroid dibagi menjadi dua jenis utama: hemoroid internal yang terletak di atas garis dentata dan hemoroid eksternal yang berada di bawahnya. Hemoroid internal biasanya tidak nyeri, kecuali mengalami komplikasi seperti trombosis, sementara hemoroid eksternal lebih sering menimbulkan rasa sakit atau gatal.
Penyebab hemoroid sangat beragam, namun umumnya berkaitan dengan peningkatan tekanan intra abdomen seperti saat mengejan berlebihan, konstipasi kronis, kehamilan, obesitas, hingga pola makan rendah serat. Faktor gaya hidup seperti duduk terlalu lama dan kurang olahraga juga turut berperan.
Meskipun banyak metode pengobatan yang tersedia, mulai dari perubahan gaya hidup, obat-obatan, prosedur non-bedah seperti ligasi karet dan skleroterapi, hingga pembedahan, salah satu tantangan terbesar dalam penanganan hemoroid adalah tingginya angka kekambuhan pasca terapi. Di sinilah peran terapi regeneratif seperti stem cell mulai mendapat perhatian, karena kemampuannya dalam memperbaiki jaringan yang rusak, mengurangi inflamasi, dan memperkuat struktur dinding pembuluh darah, sehingga berpotensi menurunkan risiko kekambuhan hemoroid secara lebih berkelanjutan.
Mekanisme Stem Cell dalam Pencegahan Kekambuhan Hemoroid
Stem cell, khususnya Mesenchymal Stem Cells (MSCs), memiliki kemampuan unik untuk memperbaiki jaringan yang rusak dan mengatur respon imun tubuh. Dalam konteks hemoroid, MSC bekerja dengan menekan proses inflamasi, mempercepat penyembuhan luka, dan merangsang pembentukan kembali struktur jaringan yang sehat.
Salah satu mekanisme penting MSC adalah menurunkan ekspresi TNF-α (faktor nekrosis tumor-α), yang merupakan pemicu utama peradangan. MSC juga meningkatkan ekspresi TGF-β (Transforming Growth Factor-β) yang berperan dalam proses regenerasi jaringan dan pembentukan kolagen baru yang lebih kuat.
Selain itu, stem cell membantu menyeimbangkan rasio kolagen tipe I/III dan menurunkan aktivitas enzim MMP-9 yang biasanya merusak jaringan penyangga di sekitar anus. Dengan demikian, stem cell tidak hanya menyembuhkan gejala hemoroid tetapi juga menguatkan jaringan untuk mencegah risiko kekambuhan dari hemoroid.
Jenis Stem Cell yang Digunakan untuk Terapi Hemoroid
Dalam terapi hemoroid, jenis stem cell yang paling banyak digunakan adalah Mesenchymal Stem Cells (MSCs). Stem cell ini bisa diambil dari berbagai sumber, seperti sumsum tulang, jaringan lemak, hingga tali pusat. MSC dipilih karena kemampuannya yang sangat baik dalam memperbaiki jaringan dan mengatur respons imun tubuh.
Penelitian terbaru dari Kusumo (2024) menunjukkan bahwa MSC yang berasal dari tali pusat punya potensi besar dalam membantu penyembuhan ambeien. Caranya adalah dengan meredakan peradangan dan mempercepat pembentukan jaringan baru yang lebih sehat di area yang terdampak.
Manfaat Terapi Stem Cell untuk Pasien Hemoroid
Terapi stem cell hadir sebagai alternatif yang menjanjikan bagi penderita ambeien, terutama karena mampu mengatasi penyebab utamanya secara lebih menyeluruh. Beberapa manfaat utama dari terapi ini antara lain:
- Meredakan Peradangan
Stem cell, khususnya jenis MSC, mampu menekan zat pemicu peradangan seperti TNF-α. Hasilnya, nyeri dan pembengkakan di area anus bisa berkurang secara signifikan. - Memperbaiki Jaringan yang Rusak
Terapi ini mendorong produksi TGF-β dan kolagen tipe I, yang penting untuk memperkuat dinding pembuluh darah dan jaringan di sekitar anus. - Meningkatkan Aliran Darah
Stem cell juga membantu pembentukan pembuluh darah baru yang sehat, sehingga area yang terkena bisa lebih cepat pulih. - Mengurangi Risiko KambuhKarena jaringan yang rusak diperbaiki dan diperkuat, risiko ambeien muncul kembali setelah pengobatan jadi jauh lebih kecil.
- Minim Risiko dan Pemulihan Cepat
Berbeda dengan operasi, terapi stem cell bersifat minim invasif, artinya prosedurnya tidak banyak melukai tubuh dan masa pemulihannya pun lebih singkat.
Prosedur Terapi Stem Cell untuk Hemoroid
Prosedur terapi stem cell biasanya dimulai dengan pengambilan Mesenchymal Stem Cells (MSC) dari sumber tertentu, seperti tali pusat. Setelah itu, sel-sel ini diproses di laboratorium melalui tahap isolasi, kultur (penggandaan), dan pemeriksaan kualitas untuk memastikan stem cell yang digunakan benar-benar aman dan efektif.
Jika sudah siap, stem cell akan disuntikkan langsung ke area sekitar anus yang mengalami peradangan akibat ambeien. Tujuannya adalah untuk meredakan peradangan sekaligus memperbaiki jaringan yang rusak dari dalam.
Dalam penelitian pada hewan percobaan, seperti yang dilakukan oleh Kusumo (2024), stem cell disuntikkan di sekitar rektum tikus yang mengalami gejala ambeien akibat paparan zat pemicu peradangan (croton oil). Hasilnya cukup menjanjikan, jaringan yang rusak menunjukkan perbaikan yang nyata, dengan penurunan bengkak dan peradangan yang signifikan.
Studi Klinis dan Bukti Ilmiah
Kusumo (2024) meneliti potensi Mesenchymal Stem Cells (MSC) dalam mengatasi peradangan dan mempercepat penyembuhan hemoroid, sekaligus mencegah kekambuhannya. Dalam studi eksperimental ini, MSC terbukti mampu mengurangi pembengkakan jaringan, menekan peradangan, serta memperbaiki struktur jaringan yang rusak akibat hemoroid.
Salah satu temuan penting adalah kemampuan MSC menurunkan kadar TNF-α, yaitu zat pemicu utama peradangan dalam tubuh. Bersamaan dengan itu, MSC juga meningkatkan kadar TGF-β, protein yang sangat berperan dalam merangsang proses penyembuhan dan perbaikan jaringan, termasuk pembentukan kolagen baru. Hasilnya, jaringan yang rusak bisa pulih lebih cepat dan lebih kuat.
Tak hanya itu, MSC juga menurunkan aktivitas enzim MMP-9, enzim yang biasanya memperlambat penyembuhan dengan merusak jaringan penyangga di sekitar luka. Dengan menekan enzim ini, proses perbaikan jaringan berjalan lebih optimal dan berpotensi mengurangi risiko hemoroid kambuh di kemudian hari.
Menariknya, Kusumo juga menemukan bahwa efek MSC semakin kuat saat dikombinasikan dengan senyawa flavonoid dari diosmin-hesperidin (yang sering digunakan dalam obat hemoroid). Kombinasi keduanya menunjukkan efek sinergis dalam meredakan bengkak dan meningkatkan proses penyembuhan, meskipun tidak semua hasilnya mencapai perbedaan yang signifikan secara statistik.
Temuan ini semakin relevan jika melihat ulasan oleh Lohsiriwat (2015), yang menyoroti bahwa pengobatan hemoroid secara konvensional masih memiliki keterbatasan, terutama pada kasus yang berat atau sering kambuh. Dalam konteks ini, terapi stem cell bisa menjadi pendekatan baru yang menjanjikan yang bukan untuk menggantikan pengobatan dengan cara lama, tetapi melengkapinya dengan cara kerja yang lebih langsung ke akar masalah, yaitu peradangan dan kerusakan jaringan.
Secara keseluruhan, studi ini menunjukkan bahwa terapi berbasis stem cell tidak hanya menjanjikan untuk meredakan gejala hemoroid, tetapi juga memiliki potensi dalam mencegah kekambuhan melalui mekanisme regeneratif dan anti-inflamasi yang bekerja langsung pada akar masalah.
Hemoroid adalah masalah kesehatan umum yang dapat sangat mengganggu kualitas hidup. Meskipun banyak terapi konvensional yang tersedia, kekambuhan tetap menjadi tantangan utama. Terapi stem cell menawarkan pendekatan baru yang menjanjikan, tidak hanya untuk meredakan gejala tetapi juga mencegah kekambuhan melalui perbaikan struktur jaringan dan penekanan inflamasi.
Seiring dengan berkembangnya teknologi dan bukti ilmiah, terapi stem cell ini memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari standar penanganan hemoroid di masa depan. Regenic mendukung pencegahan kekambuhan hemoroid dengan teknologi stem cell yang bekerja dari dalam, memperbaiki jaringan dan meredakan peradangan secara berkelanjutan.
Ingin tahu lebih lanjut tentang terapi stem cell untuk hemoroid dan terapi regeneratif lainnya? Kunjungi halaman kami di Terapi Stem Cell RegenicdanSecretome Regenic
Referensi:
- De Schepper, H., Coremans, G., Denis, M. A., Dewint, P., Duinslaeger, M., Gijsen, I., Haers, P., Komen, N., Remue, C., Roelandt, P., Somers, M., Surmont, M., Van de Putte, D., Van den Broeck, S., Van Kemseke, C., & De Looze, D. (2021). Belgian consensus guideline on the management of hemorrhoidal disease. Acta Gastro Enterologica Belgica, 84(1), 101–120. https://doi.org/10.51821/84.1.497
- Kusumo, M. H. B., Prayitno, A., . S., & Laqif, A. (2024). Synergistic therapeutic approach for hemorrhoids: integrating mesenchymal stem cells with diosmin-hesperidin to target tissue edema and inflammation. Archives of Medical Science. https://doi.org/10.5114/aoms/183465
- Lohsiriwat, V. (2015). Treatment of hemorrhoids: A coloproctologist’s view. World Journal of Gastroenterology, 21(31), 9245. https://doi.org/10.3748/wjg.v21.i31.9245
- Sneider, E. B., & Maykel, J. A. (2010). Diagnosis and Management of Symptomatic Hemorrhoids. Surgical Clinics of North America, 90(1), 17–32. https://doi.org/10.1016/j.suc.2009.10.005