Tukak lambung adalah luka terbuka yang muncul di lapisan dalam lambung atau bagian atas usus kecil. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asam lambung yang bersifat korosif dan lapisan sistem pelindung alami dinding lambung. Faktor-faktor risiko seperti infeksi dari bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dalam jangka panjang, stres berat, kebiasaan merokok, atau konsumsi alkohol berlebihan bisa memperparah kondisi ini.
Gejala tukak lambung dapat sangat mengganggu. Umumnya gejalanya ditandai dengan rasa perih atau panas di perut bagian atas, mual, gangguan pencernaan, muntah, hingga penurunan berat badan. Bila dibiarkan, tukak tersebut dapat menyebabkan komplikasi serius seperti perdarahan atau bahkan robekan di dinding lambung.
Selama ini, pengobatan tukak lambung fokus pada penekanan produksi asam lambung menggunakan obat seperti PPI (Proton Pump Inhibitor) atau antibiotik untuk mengatasi infeksi H. pylori. Namun, pemakaian jangka panjang obat-obatan ini tidak lepas dari efek samping, dan tukak sering kali masih kambuh kembali.
Karena itulah, terapi yang mampu membantu penyembuhan secara alami dan menyeluruh mulai banyak dilirik, salah satunya adalah secretome dari stem cell atau sel punca. Terapi ini dinilai menjanjikan karena bekerja dengan cara mempercepat regenerasi jaringan lambung yang rusak, mengurangi peradangan, dan menciptakan lingkungan yang mendukung proses penyembuhan secara alami dari dalam tubuh.
Mekanisme Secretome dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Tukak Lambung
Secretome adalah kumpulan molekul aktif yang secara alami dikeluarkan oleh sel punca, terutama dari Mesenchymal Stem Cells (MSCs). Molekul-molekul ini terdiri dari growth factors, sitokin, dan eksosom yang semuanya bekerja membantu memperbaiki jaringan tubuh melalui mekanisme komunikasi antarsel, atau biasa disebut sebagai mekanisme parakrin.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Xia (2019), secretome dari MSC terbukti mampu mempercepat penyembuhan tukak lambung pada hewan uji (babi). Hasilnya menunjukkan bahwa secretome dapat meningkatkan pertumbuhan kembali lapisan lambung yang rusak (reepitelisasi), membentuk pembuluh darah baru (neovaskularisasi), serta mengurangi peradangan di area luka. Efek ini dicapai dengan cara mengaktifkan jalur sinyal tertentu di tubuh, seperti ERK/MAPK dan PI3K/Akt, yang berperan penting dalam proses pembelahan sel, migrasi, dan pembentukan jaringan baru.
Penelitian lainnya oleh Xia (2018) juga menemukan bahwa secretome yang diproduksi dalam kondisi rendah oksigen (disebut hypoxia-conditioned medium atau HPO-CM) memberikan hasil yang lebih kuat dibanding secretome biasa. HPO-CM terbukti dapat meningkatkan aktivitas COX2-PGE2 yang merupakan zat yang membantu pembentukan pembuluh darah dan epitel baru, sehingga mempercepat proses penyembuhan tukak secara alami dan menyeluruh.
Dengan mekanisme kerja yang kompleks namun terarah, secretome menunjukkan potensi besar sebagai terapi regeneratif untuk mengatasi tukak lambung yang sulit sembuh dengan pengobatan konvensional saja.
Jenis Secretome yang Digunakan
Secretome yang paling banyak diteliti dan terbukti efektif berasal dari Mesenchymal Stem Cells (MSC), terutama yang diambil dari jaringan lemak tubuh (Adipose-Derived MSC atau ADMSC). Dalam kondisi rendah oksigen (hipoksia), ADMSC menghasilkan secretome dengan kandungan tinggi zat penyembuh seperti VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor), TIMP-1, dan CCL-20. Ketiga komponen ini berperan penting dalam memperbaiki lapisan pelindung lambung yang rusak dan mempercepat regenerasi jaringan mukosa lambung.
Salah satu komponen utama dalam secretome adalah eksosom, yaitu partikel kecil pembawa sinyal biologis. Studi oleh Ibrahim (2022) menunjukkan bahwa eksosom mampu memberikan hasil yang sangat baik dalam memperbaiki luka tukak lambung. Bahkan, dalam penelitian tersebut, eksosom menunjukkan efek penyembuhan yang lebih baik dibandingkan obat lambung umum seperti omeprazole, dengan kemampuan mengembalikan struktur lapisan lambung mendekati kondisi normal.
Hasil ini menunjukkan bahwa secretome, khususnya yang kaya eksosom dari ADMSC, memiliki potensi kuat sebagai terapi regeneratif yang lebih alami dan menyeluruh dalam mengatasi tukak lambung.
Manfaat Terapi Secretome untuk Pasien dengan Tukak Lambung
- Mempercepat Penyembuhan Luka
Secretome memicu regenerasi jaringan lebih cepat melalui stimulasi reepitelisasi dan angiogenesis.
2. Mengurangi Nyeri Kronis
Dengan menekan peradangan lokal dan memperbaiki jaringan yang rusak, terapi ini dapat mengurangi keluhan nyeri berulang.
3. Minim Efek Samping
Karena bekerja melalui mekanisme biologis alami tubuh, secretome dinilai lebih aman dibandingkan obat konvensional jangka panjang seperti PPI.
4. Potensi Pencegahan Kekambuhan
Regenerasi jaringan yang optimal dapat memperkuat struktur mukosa lambung sehingga lebih tahan terhadap iritasi berulang.
Prosedur Pemberian Secretome pada Tukak Lambung
Dalam penelitian oleh Xia (2019), secretome diberikan langsung ke area luka melalui prosedur endoskopi. Caranya adalah dengan menyuntikkan secretome ke lapisan bawah mukosa lambung (injeksi submukosa) pada hewan. Metode ini terbukti efektif karena memungkinkan secretome langsung bekerja di area luka tanpa menyebar ke seluruh tubuh.
Selain itu, para peneliti juga mulai mengembangkan metode pemberian yang lebih praktis, seperti melalui kapsul enterik (kapsul yang larut di usus) atau enema rektal untuk menjangkau bagian bawah saluran cerna. Namun, cara-cara ini masih dalam tahap pengembangan dan penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya pada manusia. Dengan semakin majunya teknologi pengiriman terapi regeneratif, pemberian secretome untuk tukak lambung ke depan bisa menjadi lebih nyaman dan minim efek samping.
Studi Klinis dan Bukti Ilmiah
- Xia (2019) menunjukkan bahwa secretome yang berasal dari Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cells (ADMSCs) memiliki potensi besar dalam mempercepat penyembuhan tukak lambung, terutama yang disebabkan oleh penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Penelitian ini dilakukan pada hewan model (babi), dan hasilnya cukup menjanjikan, bahkan menunjukkan efektivitas yang sebanding dengan terapi transplantasi sel punca secara langsung.
Yang membuat secretome ini menarik adalah cara kerjanya. Bukan karena sel puncanya berubah menjadi jaringan baru, tapi karena zat-zat aktif yang disekresikan oleh sel tersebut. Zat-zat ini bekerja dengan cara mengurangi peradangan di area luka, membantu regenerasi lapisan dinding lambung, dan merangsang pembentukan pembuluh darah baru untuk mempercepat proses penyembuhan.
Lebih dari itu, secretome ini juga mengaktifkan jalur sinyal penting dalam tubuh seperti ErK/MAPK dan PI3K/Akt yang terlibat dalam proses perbaikan jaringan, migrasi sel, dan pertumbuhan pembuluh darah. Selain itu, beberapa gen yang berkaitan dengan penyembuhan luka juga ditingkatkan aktivitasnya, termasuk gen yang berperan dalam pembentukan jaringan baru dan penyusunan ulang matriks ekstraseluler.
Temuan Xia dan timnya membuka peluang besar bagi terapi secretome sebagai pendekatan non-invasif untuk penyembuhan luka lambung, dengan efektivitas yang setara dengan terapi stem cell langsung, namun tanpa prosedur kompleks transplantasi sel.
2. Ibrahim (2022) membuktikan bahwa secretome dalam bentuk Conditioned Medium (CM) dari Mesenchymal Stem Cells (MSCs), serta eksosom yang juga berasal dari MSC, mampu mempercepat penyembuhan luka tukak lambung secara signifikan. Penelitian ini dilakukan pada model hewan dengan luka lambung yang diinduksi oleh aspirin, dan membandingkan efektivitas terapi secretome dan eksosom dengan omeprazole, obat yang umum digunakan untuk kondisi ini.
Hasilnya, baik CM maupun eksosom menunjukkan efek perlindungan yang kuat terhadap mukosa lambung. Keduanya mampu memperbaiki sebagian besar perubahan patologis akibat tukak, termasuk kerusakan epitel, kongesti pembuluh darah, dan infiltrasi sel radang. Namun, eksosom terbukti memiliki keunggulan dibandingkan CM, terutama dalam hal efek antioksidan, antiinflamasi, dan kemampuannya mendorong regenerasi jaringan serta proliferasi sel punca lokal di mukosa lambung.
Secara histopatologis, pengobatan dengan eksosom maupun CM menunjukkan perbaikan signifikan pada struktur mukosa lambung. Eksosom bahkan mampu mengembalikan integritas mukosa mendekati kondisi normal, serupa dengan kelompok kontrol yang tidak mengalami luka. Distribusi serat kolagen pun kembali menyerupai pola normal, dengan serat-serat tipis dan halus di lamina propria. Selain itu, peningkatan ekspresi Ki-67 sebagai penanda proliferasi sel terlihat lebih tinggi pada kelompok yang menerima eksosom, menandakan stimulasi yang lebih kuat terhadap pertumbuhan dan perbaikan jaringan oleh sel-sel mukosa. Meskipun CM juga menunjukkan efek serupa, eksosom tetap unggul dalam mempercepat regenerasi.
Secara keseluruhan, penelitian ini menyimpulkan bahwa secretome dan eksosom dari MSC memiliki efek terapeutik yang lebih unggul dibandingkan omeprazole. Eksosom, secara khusus, dinilai sedikit lebih efektif dibandingkan CM dalam menjaga struktur dan fungsi mukosa lambung, serta mempercepat proses penyembuhan. Temuan ini mendukung potensi penggunaan eksosom dan secretome sebagai terapi baru yang lebih alami dan regeneratif untuk tukak lambung.
Terapi secretome menawarkan pendekatan baru dalam pengobatan tukak lambung yang berfokus pada regenerasi jaringan dan perbaikan struktur mukosa secara menyeluruh. Dibandingkan terapi konvensional, secretome memiliki keunggulan dalam mempercepat penyembuhan luka, mengurangi risiko kekambuhan, serta aman digunakan dalam jangka panjang.
Dengan bukti ilmiah yang semakin kuat, secretome dari MSC berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai bagian dari perawatan holistik tukak lambung, terutama untuk pasien yang mengalami nyeri kronis berulang atau tidak merespons pengobatan standar. Regenic menghadirkan secretome sebagai solusi regeneratif untuk mempercepat penyembuhan tukak lambung secara alami, efektif, dan berbasis bioteknologi terkini.
Referensi:
- Baillie, S., Norton, C., Saxena, S., & Pollok, R. (2024). Chronic abdominal pain in inflammatory bowel disease: a practical guide. Frontline Gastroenterology, 15(2), 144–153. https://doi.org/10.1136/flgastro-2023-102471
- Chey, W. D., Maneerattaporn, M., & Saad, R. (2011). Pharmacologic and Complementary and Alternative Medicine Therapies for Irritable Bowel Syndrome. Gut and Liver, 5(3), 253–266. https://doi.org/10.5009/gnl.2011.5.3.253
- Farzaei, M. H. (2015). Role of dietary polyphenols in the management of peptic ulcer. World Journal of Gastroenterology, 21(21), 6499. https://doi.org/10.3748/wjg.v21.i21.6499
- Ibrahim, M. F. G., & Allam, F. A. F. A. (2022). Potential stem cell—Conditioned medium and their derived exosomes versus omeprazole in treatment of experimental model of gastric ulcer. Acta Histochemica, 124(4), 151896. https://doi.org/10.1016/j.acthis.2022.151896
- Okabe, S., & Amagase, K. (2005). An Overview of Acetic Acid Ulcer Models<br>&mdash;The History and State of the Art of Peptic Ulcer Research&mdash; Biological & Pharmaceutical Bulletin, 28(8), 1321–1341. https://doi.org/10.1248/bpb.28.1321
- Satyanarayana, M. N. (2006). Capsaicin and Gastric Ulcers. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 46(4), 275–328. https://doi.org/10.1080/1040-830491379236
- Stemboroski, L., & Schey, R. (2020). Treating Chronic Abdominal Pain in Patients with Chronic Abdominal Pain and/or Irritable Bowel Syndrome. Gastroenterology Clinics of North America, 49(3), 607–621. https://doi.org/10.1016/j.gtc.2020.05.001
- Xia, X., Chan, K. F., Wong, G. T. Y., Wang, P., Liu, L., Yeung, B. P. M., Ng, E. K. W., Lau, J. Y. W., & Chiu, P. W. Y. (2019). Mesenchymal stem cells promote healing of nonsteroidal anti-inflammatory drug-related peptic ulcer through paracrine actions in pigs. Science Translational Medicine, 11(516). https://doi.org/10.1126/scitranslmed.aat7455
- Xia, X., Chiu, P. W. Y., Lam, P. K., Chin, W. C., Ng, E. K. W., & Lau, J. Y. W. (2018). Secretome from hypoxia-conditioned adipose-derived mesenchymal stem cells promotes the healing of gastric mucosal injury in a rodent model. Biochimica et Biophysica Acta (BBA) - Molecular Basis of Disease, 1864(1), 178–188. https://doi.org/10.1016/j.bbadis.2017.10.009