Osteoarthritis Pinggul: Evaluasi Terapi Regeneratif

Osteoarthritis Pinggul: Evaluasi Terapi Regeneratif

Osteoarthritis (OA) pinggul adalah “aus” pada sendi panggul karena kondisi degeneratif di mana tulang rawan sendi menipis, tulang di bawahnya menebal, terbentuk osteofit, sehingga sendi menjadi kaku dan juga terasa nyeri. 

Terapi standar saat ini, seperti analgesik, fisioterapi, penurunan berat badan, atau injeksi intra-artikular kortikosteroid maupun asam hialuronat, umumnya hanya bersifat simptomatik. Karena kapasitas regenerasi tulang rawan sangat terbatas, muncul minat besar pada terapi regeneratif. 

Beberapa pendekatan yang sedang dieksplorasi dalam terapi regeneratif meliputi platelet-rich plasma (PRP), mesenchymal stromal/stem cells (MSC), dan secretome, yakni kombinasi berbagai zat bioaktif yang dilepaskan MSC. Terapi ini diharapkan mengurangi inflamasi, menstabilkan matriks sendi, serta mendukung perbaikan jaringan.

Dalam konteks OA, secretome/EV MSC berperan memodulasi respons imun, misalnya dengan potensinya dalam mengurangi inflamasi dengan menggeser makrofag dari fenotipe pro-inflamasi (M1) ke fenotipe penyembuhan (M2), meningkatkan aktivitas sel T regulator (Treg), serta memberikan sinyal protektif bagi kondrosit dan matriks kartilago. Hal ini menjadikan secretome sebagai terapi regeneratif yang relevan untuk terapi OA pinggul berbasis sel tanpa melibatkan sel hidup (cell-free therapy).

Ruang Lingkup Topik: Indikasi & Prioritas Klinis

Kandidat pasien

Pasien dengan OA pinggul derajat ringan hingga sedang, di mana ruang sendi masih ada dan operasi belum mendesak. Terapi regeneratif juga dapat dipertimbangkan pada pasien yang sudah menjalani upaya konservatif seperti olahraga, pengendalian berat badan, serta manajemen beban sendi, namun gejala dari OA tetap mengganggu aktivitas sehari-hari.

Pendekatan terapi yang dipersonalisasi.

Seleksi pasien ideal perlu mempertimbangkan apakah dominan inflamasi (ditandai nyeri, sinovitis) atau lebih mekanik/struktural (dominasi osteofit, deformitas), ekspektasi pasien, serta komorbiditas yang berpotensi menjadi kontraindikasi. Dengan pertimbangan ini, dokter dapat memilih opsi terapi yang paling sesuai, baik intervensi invasif, obat-obatan, PRP, MSC/secretome, maupun kombinasi.

Target klinis utama

Tujuan terapi adalah menurunkan nyeri, memperbaiki fungsi sendi (misalnya kemampuan berjalan atau naik tangga), serta meningkatkan kualitas hidup pasien. Jika memungkinkan, terapi juga diharapkan memperlambat progresi penyakit. Evaluasi dilakukan dengan patient-reported outcomes (PRO) seperti VAS/NRS, WOMAC, atau HOOS, serta didukung imaging bila diperlukan.

Baca artikel lainnya: Stem Cell untuk Osteoarthritis Lutut: Hasil Uji Klinis Terbaru

Protokol & Pelaksanaan: Langkah Tindakan & Monitoring

Penilaian Awal

Tahap pertama mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, dan radiografi polos (X-ray) untuk menentukan derajat OA. Bila perlu, USG atau MRI digunakan untuk menilai jaringan periartikular, efusi, sekaligus memandu prosedur injeksi.

Opsi Biologis yang Tersedia

PRP intra-artikular bekerja melalui growth factor yang berpotensi menekan jalur inflamasi dan memberi sinyal anabolik pada kondrosit. Namun, variasi kit, kualitas sel dan protokol membuat hasil klinis tidak seragam.

 Pada OA pinggul, uji acak terkontrol belum membuktikan keunggulan signifikan dibanding asam hialuronat, meskipun profil keamanan umumnya baik. Nyeri pasca injeksi relatif sering, sehingga prosedur sebaiknya dilakukan dengan panduan USG.


Sementara itu, MSC/secretome berfokus pada efek parakrin yang memodulasi inflamasi dan menjaga homeostasis tulang rawan. Data pra-klinis dan translasi menunjukkan efek imunomodulasi serta perlindungan kartilago, meski standar dosis dan frekuensi pemberian masih dalam tahap pengembangan.

Rehabilitasi & Gaya Hidup

Latihan terstruktur tetap menjadi fondasi utama: mencakup mobilisasi sendi, penguatan otot gluteal dan core, teknik aktivitas sehari-hari, serta edukasi. Penurunan berat badan disarankan bila ada obesitas. Terapi regeneratif diposisikan sebagai pelengkap, bukan pengganti pilar konservatif ini.

Monitoring Hasil

Evaluasi dilakukan berkala dalam 4-12 minggu pertama, meliputi nyeri (VAS/NRS), fungsi sendi (WOMAC/HOOS), kualitas hidup, serta pemantauan efek samping. Imaging ulang dapat dipertimbangkan bila perjalanan gejala tidak sesuai harapan.

Baca artikel lainnya: Terapi Secretome untuk Memperlambat Degradasi Tulang Rawan pada Osteoarthritis

Keamanan & Batasan: Efek Samping, Kontraindikasi, Regulasi

PRP

Secara umum, injeksi PRP intra-artikular dianggap aman. Efek samping yang paling sering adalah nyeri pasca tindakan, sementara komplikasi serius jarang dilaporkan. Namun, variasi komposisi PRP misalnya kadar leukosit, penggunaan aktivator, dan jumlah suntikan, sangat memengaruhi respons klinis. Hal ini membuat hasil antar studi sulit distandarisasi.

MSC/Secretome

Data awal dari penelitian OA, terutama pada lutut, menunjukkan profil keamanan yang baik dan tingkat tolerabilitas tinggi. Meski demikian, untuk OA pinggul, bukti klinis masih terbatas sehingga perlu penelitian lebih lanjut. 

Penggunaan secretome menuntut proses produksi dengan standar mutu tinggi, termasuk konsistensi produksi, sterilitas, dan dokumentasi yang sesuai dengan regulasi nasional maupun internasional.

Kontraindikasi relatif

Beberapa kondisi yang menjadi perhatian meliputi infeksi aktif, gangguan koagulasi yang tidak terkontrol, keganasan aktif di area target, serta kondisi sistemik tertentu sesuai penilaian dokter. Sebelum intervensi dilakukan, risiko perlu dioptimalkan dan informed consent harus diberikan secara jelas kepada pasien.

Baca artikel lainnya: Pemanfaatan Sel Punca pada Cedera Tulang Rawan

Hasil Penelitian & Studi Klinis Terbaru

1. PRP pada OA pinggul

Ornetti (2016) dalam publikasinya yang berjudul “Does platelet-rich plasma have a role in the treatment of osteoarthritis?”, meninjau bukti klinis terkait penggunaan Platelet-Rich Plasma (PRP) untuk terapi osteoarthritis (OA) pinggul. 

Hasilnya menunjukkan bahwa data yang tersedia masih sangat terbatas. Dua studi terbuka dengan jumlah pasien kecil melaporkan adanya perbaikan nyeri dan fungsi hingga 12 bulan, tetapi efek samping berupa nyeri pasca injeksi cukup sering ditemukan. 

Sementara itu, uji klinis acak (RCT) yang membandingkan PRP dengan asam hialuronat menunjukkan bahwa keduanya sama-sama memberikan perbaikan gejala, namun tidak ada perbedaan bermakna di antara keduanya, dan belum ada studi dengan kontrol plasebo untuk OA pinggul.

Temuan ini penting karena menegaskan bahwa meskipun terapi PRP menjanjikan, bukti klinisnya masih belum cukup kuat untuk menarik kesimpulan pasti, terutama bila dibandingkan dengan terapi regeneratif lain. 

Tantangan besar yang diidentifikasi adalah variabilitas komposisi PRP serta belum adanya standar dosis maupun protokol yang baku. Dengan demikian, evaluasi terapi regeneratif untuk OA pinggul harus dilakukan dengan hati-hati, menunggu bukti klinis lebih luas, serta mempertimbangkan standar metodologi yang lebih konsisten.

2. MSC/secretome pada OA (implikasi ke pinggul)

Colombini (2022) dalam penelitiannya yang berjudul “Immunomodulatory potential of secretome from cartilage cells and mesenchymal stromal cells in an arthritic context: From predictive fiction toward reality” menganalisis potensi terapi regeneratif untuk osteoarthritis (OA) pinggul melalui pemanfaatan sel punca mesenkimal (MSCs) dari jaringan lemak (ASCs), sumsum tulang (BMSCs), dan juga sel tulang rawan. 

Studi ini berfokus pada secretome, khususnya mikroRNA (miRNA) yang terkandung dalam vesikel ekstraseluler (EVs), yang diketahui berperan dalam mengatur proses peradangan dan regenerasi jaringan. Analisis menunjukkan bahwa EV-miRNA dari MSCs dan sel tulang rawan menargetkan jalur penting yang berkaitan erat dengan mekanisme kerusakan dan peradangan pada OA.

Selain itu, uji co-culture membuktikan kemampuan imunomodulator dari secretome seperti ketiga jenis sel mampu meningkatkan populasi makrofag anti-inflamasi (M2a) sekaligus menekan makrofag proinflamasi (M1) dan sebagian subtipe makrofag lain. 

Temuan ini sangat relevan karena mengindikasikan bahwa secretome tidak hanya mendukung regenerasi jaringan, tetapi juga berpotensi menekan peradangan kronis yang menjadi ciri OA pinggul. 

Baca artikel lainnya: Efektivitas Stem Cell dan Secretome dalam Regenerasi Sendi

Terapi regeneratif pada sendi pinggul, khususnya PRP dan secretome/EV MSC, mulai menunjukkan potensi sebagai pilihan tambahan untuk mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi. 

Terapi ini paling relevan bagi pasien dengan osteoarthritis stadium awal hingga menengah. Meski begitu, standar prosedur dan bukti ilmiah yang khusus membahas pinggul masih terus dikembangkan.

Pendekatan terbaik tetap bersifat personal. Fondasi konservatif seperti latihan teratur, menjaga berat badan ideal, dan edukasi yang baik, perlu diperkuat lebih dulu. Setelah itu, pasien dapat berdiskusi dengan dokter berpengalaman mengenai kelebihan dan keterbatasan PRP maupun secretome, dengan menetapkan target yang realistis serta pemantauan hasil secara terukur. 

Regenic berkomitmen menghadirkan terapi regeneratif yang aman, terukur, dan berbasis riset, sehingga pasien diharapkan dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Konsultasikan kondisi Anda dengan menghubungi tim ahli Regenic untuk mengeksplorasi potensi secretome dalam membantu pemulihan Osteoarthritis (OA) pinggul. Dapatkan juga perkembangan terkini dunia riset Stem Cell Indonesia hanya di Regenic.

Referensi:

  • Frontiers in Medicine, 9. https://doi.org/10.3389/fmed.2022.992386 

  • Holiuk, Ye., & Strafun, І. (2025). Development of a personalized approach concept for the application of regenerative technologies in patients with osteoarthritis and aseptic necrosis of the hip and knee joints. Cell and Organ Transplantology, 13(1). https://doi.org/10.22494/cot.v13i1.174 

  • Ornetti, P., Nourissat, G., Berenbaum, F., Sellam, J., Richette, P., & Chevalier, X. (2016). Does platelet-rich plasma have a role in the treatment of osteoarthritis? Joint Bone Spine, 83(1), 31–36. https://doi.org/10.1016/j.jbspin.2015.05.002 

  • Ragni, E., Colombini, A., Viganò, M., Libonati, F., Perucca Orfei, C., Zagra, L., & de Girolamo, L. (2021). Cartilage Protective and Immunomodulatory Features of Osteoarthritis Synovial Fluid-Treated Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cells Secreted Factors and Extracellular Vesicles-Embedded miRNAs. Cells, 10(5), 1072. https://doi.org/10.3390/cells10051072 

  • Sahin, N., & Yesil, H. (2023). Regenerative methods in osteoarthritis. Best Practice & Research Clinical Rheumatology, 37(2), 101824. https://doi.org/10.1016/j.berh.2023.101824 

Vora, A., Borg‐Stein, J., & Nguyen, R. T. (2012). Regenerative Injection Therapy for Osteoarthritis: Fundamental Concepts and Evidence‐Based Review. PM&R, 4(5S). https://doi.org/10.1016/j.pmrj.2012.02.005

Recommendation For You

article

Peran Secretome dalam Pemulihan Peradangan Akibat Trichomoniasis

Umum14 Oct 2025

Trichomoniasis adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang cukup umum, disebabkan oleh parasit mikroskopis bernama Trichomonas vaginalis. Banyak penderitanya tidak mengalami gejala apa pun, tapi pada sebagian wanita, infeksi ini bisa menimbulkan keputihan berbau tidak sedap, rasa gatal, nyeri saat buang air kecil, atau ketidaknyamanan saat berhubungan intim.

article

Terapi Stem Cell untuk Mengatasi Masalah Libido Rendah

Penyakit Dalam14 Oct 2025

Libido rendah merupakan masalah kesehatan yang sering kali tidak dibicarakan, padahal berdampak signifikan terhadap kualitas hidup, kepercayaan diri, dan keharmonisan hubungan. Pada pria, penurunan libido sering dikaitkan dengan rendahnya kadar testosteron, stres kronis, hingga gangguan pembuluh darah. Sementara itu, pada perempuan, gangguan hormon, menopause dini, atau masalah psikologis seperti depresi juga bisa menjadi pemicu utama.

article

Terapi Stem Cell untuk Menurunkan Risiko Ablasio Plasenta

Umum14 Oct 2025

Ablasio plasenta adalah kondisi yang serius dalam kehamilan dimana plasenta, yang merupakan organ penting yang menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin, luruh sebagian atau seluruhnya dari dinding rahim sebelum waktunya. Kondisi ini dapat sangat berbahaya, karena bila suplai oksigen dan nutrisi pada janin terganggu, maka dapat terjadi perdarahan hebat pada ibu hingga risiko kematian pada janin.