Plantar Fasciitis: Opsi Regeneratif untuk Pemulihan
Plantar fasciitis adalah salah satu penyebab tersering nyeri tumit, gejalanya ditandai dengan rasa nyeri tajam saat langkah pertama di pagi hari atau setelah lama beristirahat. Nyeri biasanya berkurang setelah berjalan sebentar, tetapi bisa kambuh kembali saat berdiri lama atau berjalan jauh. Kondisi ini muncul akibat gangguan pada jaringan pita tebal di telapak kaki (plantar fascia) yang berfungsi sebagai penopang lengkung kaki.
Secara biologis, plantar fasciitis tidak selalu murni akibat peradangan. Banyak kasus justru menunjukkan proses degeneratif pada jaringan kolagen (fasciosis), yang ditandai dengan melemahnya struktur matriks ekstraseluler. Oleh karena itu, terapi penyembuhan plantar fasciitis tidak hanya bertujuan meredakan nyeri, tetapi juga menstimulasi pemulihan jaringan.
Pendekatan regeneratif seperti Platelet-Rich Plasma (PRP), secretome atau vesikel ekstraseluler dari Mesenchymal Stem Cells (MSC-EVs), serta program latihan terstruktur, ditelaah karena potensinya dalam menstabilkan jaringan, mengurangi inflamasi, dan mendukung perbaikan kolagen.
Walaupun sebagian besar kasus dapat membaik dengan terapi konservatif (misalnya istirahat, peregangan, atau alas kaki khusus), sebagian pasien mengalami gejala persisten dan membutuhkan opsi lanjutan yang lebih inovatif dan berbasis bukti.
Indikasi Ortopedi/olahraga: Derajat Cedera, Kandidat, Target Klinis
Tidak semua kasus plantar fasciitis membutuhkan terapi regeneratif. Sebagian besar pasien pulih dengan penanganan konservatif seperti peregangan, penggunaan alas kaki khusus (orthotic), obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau night splint. Namun, terapi regeneratif mulai dipertimbangkan pada kelompok berikut:
Nyeri tumit kronis (≥3 bulan) yang tidak kunjung membaik meski sudah menjalani berbagai terapi konservatif.
Bukti klinis dan/atau pencitraan yang mendukung diagnosis plantar fasciitis, misalnya penebalan plantar fascia lebih dari 4 mm pada pemeriksaan ultrasonografi.
Target klinis dari terapi regeneratif adalah:
Menurunkan intensitas nyeri (diukur dengan Visual Analog Scale/VAS),
Memperbaiki fungsi kaki dan kemampuan berjalan,
Memungkinkan pasien kembali beraktivitas olahraga atau pekerjaan dengan aman,
Mengurangi angka kekambuhan dalam jangka panjang.
Baca artikel lainnya: Terapi Secretome untuk Memperlambat Degradasi Tulang Rawan pada Osteoarthritis
Prosedur & Protokol: Tahapan Tindakan, Imaging, dan Rehabilitasi
Pendekatan terapi regeneratif untuk plantar fasciitis biasanya terdiri dari beberapa tahap, mulai dari konfirmasi diagnosis, tindakan injeksi biologis, hingga program rehabilitasi.
1. Konfirmasi diagnosis & pencitraan
Langkah pertama adalah memastikan diagnosis. USG resolusi tinggi sering dipakai karena praktis, mampu melihat ketebalan fascia, tanda peradangan, hingga kemungkinan robekan. Pada kasus yang lebih kompleks atau untuk membedakan dengan masalah lain, dokter dapat meminta MRI.
2. Opsi injeksi biologis
PRP (Platelet-Rich Plasma). Darah pasien diproses dengan mesin sentrifugasi untuk memekatkan trombosit. Cairan ini kemudian disuntikkan ke area yang paling nyeri, kadang menggunakan teknik “peppering” (suntikan kecil berulang di satu area). Hasil penelitian menunjukkan PRP bisa sama efektif, bahkan lebih baik, dibanding suntikan kortikosteroid dalam 3-12 minggu tergantung kondisi pasien.
ABI (Autologous Blood Injection). Teknik ini lebih sederhana: darah utuh disuntikkan langsung ke jaringan fascia yang sakit dengan panduan USG. Beberapa laporan kasus menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan, terutama pada pasien dengan nyeri membandel. ABI bisa dipertimbangkan sebagai alternatif PRP, meski konsistensi hasil terapinya bervariasi.
Secretome/MSC-EVs (cell-free). Terapi ini menggunakan vesikel ekstraseluler hasil kultur sel punca (MSC) yang berisi berbagai molekul bioaktif seperti faktor pertumbuhan dan miRNA dengan sifat anti-inflamasi serta perangsang regenerasi. Pada penelitian muskuloskeletal, terapi ini berpotensi membantu memperbaiki jaringan melalui modulasi peradangan, stabilisasi matriks kolagen, dan perbaikan vaskular. Meski datanya menjanjikan, penelitian khusus untuk plantar fasciitis masih terus dikembangkan.
3. Modalitas adjuvan non-invasif
Selain injeksi, ada terapi tambahan yang bisa mempercepat pemulihan, misalnya:
Low-level laser therapy (LLLT). Terapi laser dengan panjang gelombang sekitar 635 nm dinilai menurunkan nyeri secara signifikan dibanding plasebo setelah 6 sesi (2 kali per minggu selama 3 minggu). Efeknya diduga melalui modulasi sitokin dan perbaikan jaringan.
4. Rehabilitasi terstruktur
Kunci pemulihan plantar fasciitis tetap ada pada latihan dan perbaikan gaya hidup.
Latihan & alas kaki. Program latihan selama 12 minggu dengan sepatu ultra-flexible terbukti mempercepat penurunan nyeri dibanding sepatu biasa, meski keduanya sama-sama membaik setelah 6 bulan.
PNF & stretching. Latihan peregangan dan teknik proprioceptive neuromuscular facilitation (PNF) terbukti menurunkan nyeri, meningkatkan fungsi kaki, dan menekan angka kekambuhan. Kepatuhan latihan di rumah dan penyesuaian gaya hidup menjadi faktor penting keberhasilan.
Baca artikel lainnya: Pemanfaatan Sel Punca pada Cedera Tulang Rawan
Keamanan & Regulasi: Standar Fasilitas, Kontrol Infeksi, Pelaporan Insiden
Prosedur injeksi biologis seperti PRP dan ABI harus dilakukan dengan teknik aseptik di fasilitas yang memenuhi standar sterilitas. Untuk PRP, diperlukan pula pemrosesan darah pasien dengan perangkat yang terverifikasi agar aman digunakan. Seluruh proses sebaiknya diikuti dengan pelaporan insiden atau efek samping jika terjadi.
Protokol klinis yang dilaporkan pada studi PRP dan ABI biasanya mencakup penggunaan anestesi lokal seperlunya, panduan USG untuk memastikan akurasi lokasi injeksi, serta perawatan pasca-tindakan berupa anjuran menghindari NSAID dalam jangka pendek, kompres es bila diperlukan, dan penggunaan alas kaki yang nyaman.
Dari sisi kontraindikasi, prosedur injeksi ini tidak dianjurkan pada pasien dengan kecurigaan infeksi lokal, adanya ruptur fasia aktif, gangguan penyembuhan jaringan berat, atau kondisi sistemik tertentu yang meningkatkan risiko komplikasi. Praktik ini menegaskan pentingnya seleksi pasien yang hati-hati, kontrol infeksi yang ketat, dan informed consent yang komprehensif sebelum prosedur dilakukan.
Hasil Penelitian dan Studi Klinis Terbaru
Liebmann (2025) dalam penelitiannya yang berjudul “Plantar Fasciitis Pathophysiology and the Potential Role of Mesenchymal Stem Cell-Derived Extracellular Vesicles as Therapy”, menyoroti perkembangan terbaru terapi regeneratif untuk plantar fasciitis, yaitu kondisi nyeri pada telapak kaki akibat peradangan jaringan plantar fascia.
Dalam ulasannya, ia menekankan bahwa meskipun terapi konvensional sering membantu, banyak pasien masih membutuhkan opsi lanjutan yang lebih efektif agar terhindar dari operasi. Di sinilah terapi biologis seperti Platelet-Rich Plasma (PRP), Mesenchymal Stem Cells (MSC), hingga turunan terbarunya yaitu Extracellular Vesicles (MSC-EVs) yang mulai dilirik.
Fokus utama Liebmann adalah MSC-EVs, yang dianggap sebagai pendekatan regeneratif modern tanpa harus menyuntikkan sel hidup (cell-free therapy). Komponen kecil ini membawa berbagai molekul aktif, seperti protein, faktor pertumbuhan, dan materi genetik, yang mampu mengurangi peradangan, memperbaiki jaringan, serta menstabilkan struktur matriks di sekitar plantar fascia. Studi pra-klinis menunjukkan bahwa MSC-EVs bisa mempercepat pemulihan jaringan dengan cara menekan peradangan berlebih, mengatur sistem imun, serta membantu pembentukan pembuluh darah baru.
Temuan ini relevan dengan opsi regeneratif untuk pemulihan plantar fasciitis, karena menegaskan bahwa MSC-EVs berpotensi menjadi solusi baru yang lebih aman dibandingkan transplantasi sel hidup, dengan risiko yang lebih rendah terhadap penolakan imun atau komplikasi lain.
Meski begitu, Liebmann juga menekankan bahwa bukti klinis pada manusia masih terbatas. Untuk benar-benar memastikan manfaatnya, dibutuhkan uji klinis yang lebih terstandarisasi sebelum terapi ini bisa diterapkan secara luas pada penderita plantar fasciitis.
Baca artikel lainnya: Efektivitas Stem Cell dan Secretome dalam Regenerasi Sendi
Pada plantar fasciitis kronis yang sulit pulih, terapi regeneratif yang dipadukan dengan program latihan terstruktur, dapat membantu meredakan nyeri dan memperbaiki fungsi, dengan catatan dilakukan di fasilitas yang berstandar.
Sementara itu, secretome atau MSC-EVs mulai dikenal sebagai opsi cell-free yang menjanjikan untuk masalah tendon dan ligamen. Walaupun masih membutuhkan bukti klinis yang lebih kuat, terapi ini berpotensi menjadi pilihan masa depan dalam penanganan plantar fasciitis.
Meski begitu, dasar pemulihan tetap terletak pada diagnosis yang tepat melalui pemeriksaan seperti USG atau MRI, latihan yang konsisten, serta kontrol beban yang sesuai. Oleh karena itu, pasien sebaiknya konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan terapi yang sesuai.
Di Regenic, terapi regeneratif dihadirkan sebagai opsi inovatif untuk membantu penderita plantar fasciitis yang tidak hanya berpotensi meredakan nyeri, tetapi juga diharapkan mendukung perbaikan jaringan agar pemulihan yang lebih menyeluruh.
Untuk itu, jika Anda punya pertanyaan lebih lanjut tentang terapi Secretome Regenic maupun perkembangan terkini dunia riset Stem Cell Indonesia untuk pemulihan, silakan hubungi tim ahli Regenic.
Referensi:
Arumugam, K., Kamalakannan, M., Hariharan, J., Seemathan, P., & Praveenkumar, R. (2024). Exploring the long-term impact of PNF interventions on plantar fascitis with restricted dorsiflexion using visual analogue scale and foot and ankle ability measure. Fizjoterapia Polska, 24(5), 322–327. https://doi.org/10.56984/8ZG020CRL9V
Khan, A., Ahmed, A., Zafar, I., Bhutta, M. R., Khan, M. N. N., & Ajaz, U. (2023). High-resolution Ultrasonographic Diagnosis of Plantar Fasciitis: An Association of Magnetic Resonance Imaging and Ultrasound. Pakistan Armed Forces Medical Journal, 73(3), 747–750. https://doi.org/10.51253/pafmj.v73i3.7600
Liebmann, K., Kimbrough, D. W., Best, T. M., Kouroupis, D., & Rodriguez Materon, S. (2025). Plantar Fasciitis Pathophysiology and the Potential Role of Mesenchymal Stem Cell-Derived Extracellular Vesicles as Therapy. Biomedicines, 13(7), 1528. https://doi.org/10.3390/biomedicines13071528
Macias, D. M., Coughlin, M. J., Zang, K., Stevens, F. R., Jastifer, J. R., & Doty, J. F. (2015). Low-Level Laser Therapy at 635 nm for Treatment of Chronic Plantar Fasciitis: A Placebo-Controlled, Randomized Study. The Journal of Foot and Ankle Surgery, 54(5), 768–772. https://doi.org/10.1053/j.jfas.2014.12.014
Mahindra, P., Yamin, M., Selhi, H. S., Singla, S., & Soni, A. (2016). Chronic Plantar Fasciitis: Effect of Platelet-Rich Plasma, Corticosteroid, and Placebo. Orthopedics, 39(2). https://doi.org/10.3928/01477447-20160222-01
Ryan, M., Fraser, S., McDonald, K., & Taunton, J. (2009). Examining the Degree of Pain Reduction Using a Multielement Exercise Model with a Conventional Training Shoe Versus an Ultraflexible Training Shoe for Treating Plantar Fasciitis. The Physician and Sportsmedicine, 37(4), 68–74. https://doi.org/10.3810/psm.2009.12.1744
Wheeler, P. (2013). Autologous blood injections for chronic plantar fasciitis – a pilot case-series study shows promising results. International Musculoskeletal Medicine, 35(1), 3–7. https://doi.org/10.1179/1753615413Y.0000000015