Kapan PRP Saja Sudah Cukup? Kapan Perlu Secretome?
Platelet-Rich Plasma (PRP) dan secretome sama-sama termasuk dalam terapi regeneratif yang bertujuan untuk membantu tubuh memperbaiki jaringan yang rusak. Bedanya, PRP berasal dari darah pasien sendiri yang diproses hingga terkonsentrasi kaya trombosit dan faktor pertumbuhan, sedangkan secretome merupakan kumpulan molekul bioaktif yang termasuk protein, sitokin, dan eksosom, yang dihasilkan oleh sel punca, khususnya mesenchymal stem cells (MSCs).
Meskipun keduanya bekerja untuk mempercepat pemulihan, pilihan antara PRP dan secretome tidak selalu bisa dipertukarkan. Ada kondisi tertentu di mana PRP saja sudah memadai, namun ada juga situasi yang membutuhkan secretome karena efeknya lebih luas dan mendalam. Artikel ini akan membahas perbedaan indikasi tersebut, berdasarkan bukti ilmiah terbaru.
Ruang Lingkup Topik: Indikasi & Prioritas Klinis
PRP Cocok untuk Kondisi Ringan hingga Menengah
PRP umumnya dipilih sebagai terapi lini awal karena dinilai relatif aman, minim invasif, dan memanfaatkan darah pasien sendiri. Beberapa aplikasinya meliputi:
Cedera muskuloskeletal ringan hingga sedang
Contohnya tendinitis, robekan ligamen ringan, serta osteoartritis stadium awal.Dermatologi dan estetika
Beberapa studi awal menunjukkan PRP dapat membantu mengatasi kerontokan rambut, melasma, hiperpigmentasi, hingga perbaikan tekstur dan elastisitas kulit.Penyembuhan lukaPRP dinilai mendukung regenerasi kulit pada ulkus diabetik, luka kronis, maupun pascaoperasi.
2. Secretome Dibutuhkan untuk Kondisi Lebih Kompleks
Secretome bisa menjadi pilihan ketika kerusakan jaringan atau proses penyakit sudah lebih berat dan membutuhkan efek biologis yang lebih luas. Indikasi yang sedang diteliti antara lain:
Kerusakan jaringan tingkat lanjut
Misalnya osteoartritis stadium lanjut, degenerasi diskus intervertebralis, atau fibrosis otot pascatrauma.Proses inflamasi kronis
Kandungan eksosom, sitokin, dan faktor imunomodulator dalam secretome berpotensi membantu mengendalikan peradangan berlebihan sekaligus mempercepat remodeling jaringan.Kasus non-responsif terhadap PRP
Bila setelah 3-6 bulan terapi PRP tidak menunjukkan perbaikan signifikan dengan terapi konvensional lainnya, secretome mungkin dijadikan alternatif atau terapi lanjutan.
Baca artikel lainnya: Secretome vs PRP, Mana yang Lebih Ampuh untuk Kecantikan?
Protokol & Pelaksanaan
PRP
Pengambilan darah pasien: darah diambil kemudian diproses dengan mesin sentrifugasi untuk memisahkan trombosit kaya faktor pertumbuhan.
Pemberian terapi: PRP disuntikkan langsung ke area yang membutuhkan perbaikan jaringan, misalnya sendi atau kulit.
Jumlah sesi: umumnya dilakukan 2-3 kali, dengan jeda sekitar 3-4 minggu di antara tiap sesi.
2. Secretome
Proses produksi: secretome diperoleh dari kultur sel punca (MSCs) yang dikondisikan secara khusus untuk menghasilkan molekul bioaktif.
Kandungan utama: terdiri atas faktor pertumbuhan, sitokin, dan eksosom yang potensial dalam pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis), pengaturan peradangan (imunomodulasi), serta stimulasi pembentukan sel baru.
Pemberian terapi: dapat diberikan melalui suntikan lokal di area target atau melalui otot (intramuskular), dengan pemantauan terhadap respon tubuh pasien.
Keamanan & Batasan
PRP
Karena menggunakan darah pasien sendiri, PRP tergolong aman. Efek samping yang muncul biasanya ringan, misalnya rasa nyeri, bengkak, atau kemerahan di area suntikan, dan biasanya hilang dalam beberapa hari.
Secretome
Secretome lebih kompleks sehingga hanya boleh diproduksi di fasilitas yang memenuhi standar Good Manufacturing Practice (GMP). Risiko yang mungkin muncul antara lain reaksi imun (meski sangat jarang) dan potensi infeksi. Oleh karena itu, prosedur ini arus dilakukan oleh tenaga medis berpengalaman dengan pemantauan ketat.
Baca artikel lainnya: Perbedaan Hasil PRP, Stem Cell, dan Secretome untuk Perawatan Kulit
Hasil Penelitian & Studi Klinis Terbaru
Beberapa temuan terkini mengenai PRP, antara lain:
1. Studi Kawabata (2023)
Kawabata (2023) menyoroti peran Platelet-Rich Plasma (PRP) dalam menangani penyakit tulang belakang, mulai dari nyeri akibat degenerasi bantalan tulang belakang hingga cedera saraf. PRP bekerja karena kaya akan faktor pertumbuhan dan protein aktif yang dilepaskan dari trombosit.
Menariknya, di dalam PRP sebenarnya sudah ada komponen bernama secretome yang terdiri dari protein terlarut dan vesikel kecil (seperti eksosom), yang berperan dalam proses regenerasi dan perbaikan jaringan.
Dari penelitian ini, terlihat bahwa PRP saja sudah cukup untuk banyak kasus, karena secara alami membawa serta secretome. Misalnya, suntikan PRP pada degenerasi bantalan tulang belakang terbukti aman, mungkin dapat mengurangi nyeri serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Namun, ada kondisi di mana pendekatan yang lebih spesifik dengan secretome murni dipertimbangkan. Secretome memiliki mekanisme kerja yang lebih terarah, misalnya dengan mengontrol peradangan dan melindungi sel saraf melalui jalur molekuler tertentu. Hal ini membuka peluang bahwa di masa depan, secretome bisa digunakan sebagai terapi yang lebih presisi dibanding PRP biasa.
Dengan kata lain, untuk kondisi umum seperti osteoartritis atau nyeri tulang belakang degeneratif, PRP mungkin memadai. Tetapi, jika dibutuhkan terapi yang benar-benar menargetkan proses peradangan atau kerusakan sel di tingkat molekuler, secretome dapat menjadi pilihan lanjutan.
2. Studi Iyer (2020)
Iyer (2020) meneliti perbandingan antara penggunaan Platelet-Rich Plasma (PRP) dan secretome khususnya eksosom, untuk pemulihan cedera otot. PRP memang sudah lama dipakai karena mengandung faktor pertumbuhan yang membantu perbaikan jaringan. Namun, penelitian ini menemukan bahwa eksosom, bagian kecil dari secretome, mampu memberikan efek pemulihan yang lebih cepat dan konsisten dibanding PRP biasa.
Masalah dari PRP adalah komposisinya bisa berbeda-beda, tergantung cara persiapan dan jumlah trombosit yang digunakan. Akibatnya, hasil terapi kadang tidak selalu sama pada setiap pasien. Di sisi lain, eksosom dalam secretome lebih stabil dan bekerja secara spesifik dengan cara mengurangi peradangan, mencegah jaringan parut berlebih, serta berpotensi merangsang pembentukan serat otot baru.
Hasil penelitian pada model hewan menunjukkan bahwa pemberian eksosom, baik yang berasal dari PRP maupun dari stem cell, mempercepat pemulihan fungsi otot lebih cepat daripada PRP biasa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus ringan atau cedera umum, PRP sering kali sudah cukup. Tetapi jika dibutuhkan hasil yang lebih konsisten dan pemulihan lebih cepat, misalnya pada atlet dengan cedera otot serius, secretome, khususnya eksosom, dapat menjadi pilihan yang lebih unggul.
Konsultasikan kondisi Anda kepada dokter yang ahli atau Anda bisa menghubungi rekan Regenic untuk bertanya lebih lanjut mengenai secretome, agar kondisi Anda dapat dievaluasi secara cermat agar hasil terapi lebih aman dan optimal.
Referensi:
Acebes-Huerta, A., Martínez-Botía, P., Carbajo-Argüelles, G., Fernández-Fuertes, J., Muñoz-Turrillas, M. C., Ojea-Pérez, A. M., López-Vázquez, A., Eble, J. A., & Gutiérrez, L. (2024). Characterization of the molecular composition and in vitro regenerative capacity of platelet-based bioproducts and related subfractions. Acta Biomaterialia, 177, 132–147. https://doi.org/10.1016/j.actbio.2024.01.029
Estupiñan, B., Ly, K., & Goldberg, D. J. (2025). Adipose Mesenchymal Stem Cell‐Derived Exosomes Versus Platelet‐Rich Plasma Treatment for Photoaged Facial Skin: An Investigator‐Blinded, Split‐Face, Non‐Inferiority Trial. Journal of Cosmetic Dermatology, 24(5). https://doi.org/10.1111/jocd.70208
Guo, S.-C., Tao, S.-C., Yin, W.-J., Qi, X., Yuan, T., & Zhang, C.-Q. (2017). Exosomes derived from platelet-rich plasma promote the re-epithelization of chronic cutaneous wounds via activation of YAP in a diabetic rat model. Theranostics, 7(1), 81–96. https://doi.org/10.7150/thno.16803
Imam, S. S., Al-Abbasi, F. A., Hosawi, S., Afzal, M., Nadeem, M. S., Ghoneim, M. M., Alshehri, S., Alzarea, S. I., Alquraini, A., Gupta, G., & Kazmi, I. (2022). Role of platelet rich plasma mediated repair and regeneration of cell in early stage of cardiac injury. Regenerative Therapy, 19, 144–153. https://doi.org/10.1016/j.reth.2022.01.006
Iyer, S. R., Scheiber, A. L., Yarowsky, P., Henn, R. F., Otsuru, S., & Lovering, R. M. (2020). Exosomes Isolated From Platelet-Rich Plasma and Mesenchymal Stem Cells Promote Recovery of Function After Muscle Injury. The American Journal of Sports Medicine, 48(9), 2277–2286. https://doi.org/10.1177/0363546520926462
Kawabata, S., Akeda, K., Yamada, J., Takegami, N., Fujiwara, T., Fujita, N., & Sudo, A. (2023). Advances in Platelet-Rich Plasma Treatment for Spinal Diseases: A Systematic Review. International Journal of Molecular Sciences, 24(8), 7677. https://doi.org/10.3390/ijms24087677
Kim, J. H., Yang, H., Kim, M. W., Cho, K. S., Kim, D. S., Yim, H. E., Atala, Z., Ko, I. K., & Yoo, J. J. (2022). The Delivery of the Recombinant Protein Cocktail Identified by Stem Cell-Derived Secretome Analysis Accelerates Kidney Repair After Renal Ischemia-Reperfusion Injury. Frontiers in Bioengineering and Biotechnology, 10. https://doi.org/10.3389/fbioe.2022.848679
Marques, L. F., Stessuk, T., Camargo, I. C. C., Sabeh Junior, N., Santos, L. Dos, & Ribeiro-Paes, J. T. (2015). Platelet-rich plasma (PRP): Methodological aspects and clinical applications. Platelets, 26(2), 101–113. https://doi.org/10.3109/09537104.2014.881991
Merchán, W. H., Gómez, L. A., Chasoy, M. E., Alfonso‐Rodríguez, C. A., & Muñoz, A. L. (2019). Platelet‐rich plasma, a powerful tool in dermatology. Journal of Tissue Engineering and Regenerative Medicine, 13(5), 892–901. https://doi.org/10.1002/term.2832