Pertanyaan yang Wajib Ditanyakan Sebelum Terapi Regeneratif

Pertanyaan yang Wajib Ditanyakan Sebelum Terapi Regeneratif

Terapi regeneratif adalah metode medis yang memanfaatkan kemampuan sel punca (stem cell), secretome, atau vesikel ekstraseluler (EV) untuk memperbaiki dan memulihkan jaringan tubuh yang rusak. Terapi ini memberikan harapan baru bagi pasien dengan kondisi seperti penyakit degeneratif, cedera yang sulit sembuh, hingga peradangan kronis yang tidak bisa diatasi dengan pengobatan standar.

Meski hasilnya menjanjikan, terapi ini masih terus dikembangkan. Karena itu, pasien perlu memastikan bahwa keputusan untuk menjalani terapi didasarkan pada informasi yang lengkap. Memahami dengan jelas manfaatnya, risikonya, dan apakah terapi ini sesuai dengan kondisi menjadi langkah penting sebelum memutuskan.

Kelayakan Pasien

Tidak semua orang secara otomatis bisa menjadi kandidat untuk menjalani terapi regeneratif. Proses seleksi sangat penting untuk memastikan bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan risikonya. Oleh karena itu, dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi medis pasien, riwayat kesehatan, hingga kemungkinan respons terhadap terapi.

Beberapa aspek yang biasanya menjadi pertimbangan adalah:


  • Kriteria inklusi: pasien dengan kondisi yang sesuai indikasi klinis, berada pada rentang usia yang dianggap optimal, serta menunjukkan potensi respons baik terhadap terapi sebelumnya.

  • Kriteria eksklusi: pasien dengan infeksi aktif, penyakit autoimun yang tidak terkontrol, atau risiko tinggi pembekuan darah (trombosis) biasanya tidak dianjurkan untuk menjalani terapi ini.

  • Komorbid penting: adanya penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, atau gangguan sistem imun dapat memengaruhi keberhasilan terapi sekaligus meningkatkan kemungkinan timbulnya efek samping.

Dengan kata lain, kelayakan pasien harus ditentukan melalui penilaian medis yang ketat agar terapi regeneratif benar-benar aman sekaligus memberikan hasil yang optimal.

Baca artikel lainnya: 5 Hal yang Harus Dihindari Setelah Terapi Secretome

Algoritma Keputusan

Sebelum memutuskan untuk menjalani terapi regeneratif, pasien perlu memahami bahwa terapi ini bukanlah pilihan pertama yang langsung diberikan. Secara global, tata laksana medis biasanya mengikuti urutan yang terstruktur untuk memastikan keamanan, efektivitas, dan efisiensi.

Tahapan yang direkomendasikan meliputi:

  • Terapi konservatif 

Menjadi langkah awal yang mencakup fisioterapi, pengobatan dengan obat-obatan (farmakoterapi), atau intervensi minimal invasif. Tujuannya adalah meredakan gejala sekaligus menilai sejauh mana tubuh mampu merespons metode standar.

  • Terapi regeneratif

Dipertimbangkan bila terapi konservatif tidak memberikan perbaikan yang bermakna. Pada tahap ini, pendekatan berbasis sel punca, secretome, atau vesikel ekstraseluler dapat ditawarkan sebagai alternatif.

  • Pendekatan kombinasi

Pada beberapa kasus, hasil terbaik justru dicapai dengan menggabungkan terapi regeneratif bersama metode lain, seperti rehabilitasi, injeksi platelet-rich plasma (PRP), atau terapi farmakologis. Kombinasi ini bertujuan memaksimalkan manfaat penyembuhan sambil tetap menjaga keamanan pasien.

Dengan memahami algoritma keputusan ini, pasien dapat melihat bahwa terapi regeneratif adalah bagian dari strategi berlapis,dan bukan pilihan tunggal, sehingga diharapkan mampu memberikan hasil optimal dengan risiko intervensi yang minimal.

Manajemen Ekspektasi

Dalam menjalani terapi regeneratif, salah satu hal terpenting adalah mengelola ekspektasi pasien. Banyak individu datang dengan harapan mendapatkan hasil instan, padahal pada kenyataannya respon biologis terhadap terapi dapat berbeda-beda antara satu orang dengan lainnya.

Beberapa poin yang perlu diperhatikan adalah:

  • Hasil realistis

Tujuan utama terapi regeneratif bukanlah "mengembalikan kondisi seperti semula" secara total, melainkan memperlambat progres penyakit, memperbaiki fungsi tubuh, serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

  • Timeline perbaikan

Proses regenerasi membutuhkan waktu. Sebagian pasien mulai merasakan pengurangan nyeri atau peningkatan fungsi dalam 3–6 bulan, tetapi hasil optimal umumnya baru terlihat setelah 9–12 bulan.

  • Indikator keberhasilan

Keberhasilan terapi dapat dinilai dari perbaikan skor fungsional (misalnya WOMAC untuk sendi), peningkatan biomarker regenerasi, hingga gambaran pencitraan medis (imaging) yang menunjukkan perbaikan jaringan.

Dengan pemahaman ini, pasien diharapkan memiliki harapan yang lebih realistis, sehingga tidak mudah kecewa dan dapat lebih kooperatif dalam menjalani terapi maupun tindak lanjutnya.

Baca artikel lainnya: Peran Terapi Regeneratif dalam Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Hasil Penelitian dan Studi Klinis Terbaru

Beberapa temuan terkini mengenai terapi regeneratif, antara lain:

1. Studi Rahimi (2021)

Rahimi (2021) menekankan bahwa sebelum seseorang memutuskan menjalani terapi regeneratif, ada sejumlah pertanyaan penting yang sebaiknya diajukan untuk memastikan keamanan sekaligus efektivitas terapi. 

Misalnya, apakah pasien memang kandidat yang tepat untuk terapi ini, jenis terapi apa yang digunakan (berbasis sel atau secretome), bagaimana mekanisme kerjanya, serta apa saja bukti ilmiah yang mendukung efektivitasnya. Hal-hal lain yang juga perlu dipertimbangkan mencakup potensi risiko, status regulasi, biaya, hingga alternatif pengobatan lain yang tersedia.

Dalam penelitiannya, Rahimi dan tim juga menyoroti potensi besar secretome dari mesenchymal stem cells (MSCs). Secretome terbukti mampu mempercepat regenerasi jaringan, membantu penyembuhan luka, dan menekan peradangan berlebihan. Faktor-faktor bioaktif di dalamnya seperti sitokin, growth factor, hingga exosome,bekerja sebagai “bahasa komunikasi” antar sel untuk memicu perbaikan alami tubuh. 

Temuan ini menunjukkan bahwa secretome bisa menjadi strategi terapi regeneratif yang menjanjikan, meski Rahimi menekankan bahwa penelitian klinis lebih lanjut tetap dibutuhkan agar manfaatnya benar-benar optimal dan aman untuk pasien.

2. Studi Pulido-Escribano (2022)

Pulido-Escribano (2022) menekankan bahwa sebelum memutuskan menjalani terapi regeneratif, ada sejumlah pertanyaan penting yang wajib diajukan agar pasien benar-benar paham manfaat sekaligus risikonya.

Misalnya, dari mana sumber sel punca yang digunakan, bagaimana cara kultur dan produksinya agar tetap stabil, hingga sejauh mana uji klinis sudah dilakukan untuk membuktikan efektivitasnya. 

Pertanyaan lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana distribusi terapi dalam tubuh, apakah ada risiko memicu pertumbuhan sel abnormal, serta bagaimana respons imun pasien terhadap terapi ini.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa salah satu strategi untuk meningkatkan potensi terapi adalah dengan melakukan hypoxia preconditioning, yaitu menumbuhkan sel punca dalam kondisi rendah oksigen. 

Cara ini terbukti membuat sel menghasilkan secretome dan vesikel ekstraseluler dengan kandungan faktor pertumbuhan yang lebih tinggi, sehingga efek penyembuhannya semakin kuat, terutama dalam memperbaiki jaringan dan merangsang pembentukan pembuluh darah baru. 

Berdasarkan temuan ini pasien memang perlu memastikan bahwa aspek teknis mulai dari sumber sel, metode produksi, hingga inovasi seperti hypoxia preconditioning agar menjadi lebih jelas dan terbukti aman sebelum memilih terapi regeneratif.

Baca artikel lainnya: Jenis-jenis Stem Cell dan Fungsinya dalam Terapi Regeneratif

Sebelum memutuskan untuk menjalani terapi regeneratif, pasien perlu mengajukan pertanyaan kritis mengenai kelayakan, risiko, mekanisme kerja, bukti ilmiah, serta standar kualitas produk yang digunakan. Diskusi terbuka dengan tenaga medis sangat penting untuk menyamakan ekspektasi, karena hasil terapi bersifat individual dan tidak selalu instan.

Dengan bekal informasi yang lengkap, pasien dapat mengambil keputusan yang lebih tepat, sehingga risiko dapat diminimalkan dan manfaat terapi dapat dimaksimalkan.

Regenic mendorong setiap pasien untuk aktif bertanya sebelum menjalani terapi regeneratif, agar keputusan yang diambil benar-benar aman, tepat, dan sesuai dengan kebutuhan pribadi.

Untuk itu, Jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar terapi Secretome Regenic maupun perkembangan terkini dunia riset Stem Cell Indonesia, silakan hubungi tim ahli kami di Regenic.


Referensi:

  • Abolarinwa, B. A., Shaw, M. K., & Lee, C.-H. (2021). Perspectives on Challenges to Cell Therapy Development in Taiwan: Strengthening Evidential Standards and Ways Forward. Frontiers in Bioengineering and Biotechnology, 9. https://doi.org/10.3389/fbioe.2021.789043 

  • Brown, S. V., Dewitt, S., Clayton, A., & Waddington, R. J. (2022). Identifying the Efficacy of Extracellular Vesicles in Osteogenic Differentiation: An EV-Lution in Regenerative Medicine. Frontiers in Dental Medicine, 3. https://doi.org/10.3389/fdmed.2022.849724 

  • Camps-Font, O., Caro-Bonfill, C., Sánchez-Garcés, M. À., & Gay-Escoda, C. (2018). Periodontal Regenerative Therapy for Preventing Bone Defects Distal to Mandibular Second Molars After Surgical Removal of Impacted Third Molars: A Systematic Review and Meta-Analysis of Randomized Clinical Trials. Journal of Oral and Maxillofacial Surgery, 76(12), 2482–2514. https://doi.org/10.1016/j.joms.2018.07.025 

  • de Jongh, D., Massey, E. K., Cronin, A. J., Schermer, M. H. N., & Bunnik, E. M. (2022). Early-Phase Clinical Trials of Bio-Artificial Organ Technology: A Systematic Review of Ethical Issues. Transplant International, 35. https://doi.org/10.3389/ti.2022.10751 

  • Geiselman, L. A., Wetherill, L., Graham, B. H., Payne, K., & Hopewell, E. L. (2024). Survey of genetic counselors identifies a knowledge gap discerning properly regulated cell and gene therapy trials. Cytotherapy, 26(1), 88–95. https://doi.org/10.1016/j.jcyt.2023.08.012 

  • Goulian, A. J., Goldstein, B., & Saad, M. A. (2025). Advancements in Regenerative Therapies for Orthopedics: A Comprehensive Review of Platelet-Rich Plasma, Mesenchymal Stem Cells, Peptide Therapies, and Biomimetic Applications. Journal of Clinical Medicine, 14(6), 2061. https://doi.org/10.3390/jcm14062061 

  • Migliaccio, G. (2020). Regulation for regenerative medicine-based therapies. In Transplantation, Bioengineering, and Regeneration of the Endocrine Pancreas (pp. 499–503). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-814831-0.00035-X 

  • Pulido-Escribano, V., Torrecillas-Baena, B., Camacho-Cardenosa, M., Dorado, G., Gálvez-Moreno, M. Á., & Casado-Díaz, A. (2022). Role of hypoxia preconditioning in therapeutic potential of mesenchymal stem-cell-derived extracellular vesicles. World Journal of Stem Cells, 14(7), 453–472. https://doi.org/10.4252/wjsc.v14.i7.453 

  • Rahimi, B., Panahi, M., Saraygord-Afshari, N., Taheri, N., Bilici, M., Jafari, D., & Alizadeh, E. (2021). The secretome of mesenchymal stem cells and oxidative stress: challenges and opportunities in cell-free regenerative medicine. Molecular Biology Reports, 48(7), 5607–5619. https://doi.org/10.1007/s11033-021-06360-7 

Sawarkar, S., & Bapat, A. (2022). Global Regulatory Frameworks and Quality Standards for Stem Cells Therapy and Regenerative Medicines. In Stem Cell Production (pp. 69–111). Springer Singapore. https://doi.org/10.1007/978-981-16-7589-8_4 

Recommendation For You

article

Peran Secretome dalam Pemulihan Peradangan Akibat Trichomoniasis

Umum14 Oct 2025

Trichomoniasis adalah salah satu infeksi menular seksual (IMS) yang cukup umum, disebabkan oleh parasit mikroskopis bernama Trichomonas vaginalis. Banyak penderitanya tidak mengalami gejala apa pun, tapi pada sebagian wanita, infeksi ini bisa menimbulkan keputihan berbau tidak sedap, rasa gatal, nyeri saat buang air kecil, atau ketidaknyamanan saat berhubungan intim.

article

Terapi Stem Cell untuk Mengatasi Masalah Libido Rendah

Penyakit Dalam14 Oct 2025

Libido rendah merupakan masalah kesehatan yang sering kali tidak dibicarakan, padahal berdampak signifikan terhadap kualitas hidup, kepercayaan diri, dan keharmonisan hubungan. Pada pria, penurunan libido sering dikaitkan dengan rendahnya kadar testosteron, stres kronis, hingga gangguan pembuluh darah. Sementara itu, pada perempuan, gangguan hormon, menopause dini, atau masalah psikologis seperti depresi juga bisa menjadi pemicu utama.

article

Terapi Stem Cell untuk Menurunkan Risiko Ablasio Plasenta

Umum14 Oct 2025

Ablasio plasenta adalah kondisi yang serius dalam kehamilan dimana plasenta, yang merupakan organ penting yang menyalurkan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin, luruh sebagian atau seluruhnya dari dinding rahim sebelum waktunya. Kondisi ini dapat sangat berbahaya, karena bila suplai oksigen dan nutrisi pada janin terganggu, maka dapat terjadi perdarahan hebat pada ibu hingga risiko kematian pada janin.