Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan kondisi dimana asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus). Hal ini dapat menimbulkan gejala berupa nyeri ulu hati, sensasi terbakar di dada, rasa asam di mulut, hingga rasa tidak nyaman di tenggorokan seperti ada makanan yang tersangkut.
Secara normal, tubuh memiliki sfingter esofagus bawah yang berfungsi sebagai penghalang untuk mencegah isi lambung naik ke kerongkongan. Otot ini akan terbuka saat menelan dan kembali menutup setelah makanan turun ke lambung. Namun pada penderita GERD, sfingter ini tidak mengalami disfungsi, baik karena melemah ataupun tidak menutup dengan sempurna, sehingga menyebabkan asam lambung dapat mengalir kembali (refluks) ke kerongkongan.
Selain disebabkan disfungsi sfingter esofagus, penyebab umum lainnya meliputi terjadinya peningkatan tekanan dalam rongga perut, keterlambatan pengosongan lambung, serta gangguan motilitas esofagus. Sedangkan faktor risiko yang dapat memperberat GERD antara lain obesitas, merokok, konsumsi alkohol, stres, dan diet tinggi lemak atau asam.
Saat ini, pengobatan GERD umumnya menggunakan obat golongan penghambatan pompa proton (PPI), yang bekerja dengan cara mengurangi produksi asam lambung. Namun, penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti hipomagnesemia (kadar magnesium rendah dalam darah), peningkatan risiko infeksi saluran cerna, hingga fraktur tulang.
Oleh karena itu, kebutuhan akan terapi alternatif yang lebih aman dan efektif semakin pentung untuk dikembangkan dan diteliti, terutama bagi pasien yang tidak merespons optimal terhadap terapi konvensional.
Baca Artikel Lainnya: Keberhasilan Stem Cell untuk Multiple Sclerosis
Apa Itu Secretome dan Mengapa Potensial untuk GERD?
Secretome merupakan kumpulan molekul bioaktif yang disekresikan oleh sel, terutama oleh stem cell. Molekul-molekul ini terdiri atas sitokin, growth factor, enzim, serta mikroRNA. Dalam konteks GERD, secretome berpotensi membantu memperbaiki kerusakan mukosa esofagus akibat paparan asam lambung yang berulang, mengurangi peradangan lokal, serta memodulasi respons imun.
Dengan potensinya ini menjadikan secretome memiliki peluang sebagai alternatif terapi non-invasif yang menjanjikan, terutama bagi pasien dengan GERD refrakter, yaitu mereka yang tidak merespon optimal terhadap terapi konvensional seperti PPI.
Mekanisme Kerja Secretome dalam Terapi GERD
- Efek Anti-inflamasi: Secretome memiliki potensi untuk menekan aktivitas sitokin pro-inflamasi, seperti TNF-α dan IL-1β, yang biasanya meningkat pada GERD kronis.
- Perbaikan mukosa: Kandungan faktor pertumbuhan dan protein dalam secretome dapat membantu merangsang regenerasi sel epitel esofagus dan memperbaiki intercellular junction yang rusak.
- Imunomodulasi: Secretome memiliki kemampuan menurunkan respon imun tubuh, termasuk yang berlebihan, yang diduga dapat memperburuk kondisi refluk pada sebagian pasien.
Artikel Lainnya: Terapi Regeneratif untuk Sindrom Iritasi Usus Besar (IBS)
Manfaat Terapi Secretome untuk Penderita GERD
- Membantu mengurangi keparahan gejala GERD seperti nyeri ulu hati dan regurgitasi tanpa efek samping jangka panjang.
- Mendukung mempercepat proses penyembuhan mokusa esofagus pasca refluks asam.
- Potensi mengurangi komplikasi seperti Barrett’s esophagus jika digunakan dalam fase awal.
Tahapan dan Prosedur Terapi Secretome
- Injeksi sistemik intravena: Metode ini memungkinkan penyebaran secretome ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, cocok untuk kondisi yang melibatkan peradangan sistemik.
- Aplikasi topikal (gel oral atau esofageal): Diterapkan langsung ke area target, efektif untuk gangguan lokal seperti luka di rongga mulut atau saluran pencernaan atas.
- Mikrosfer atau nanocarrier: Teknologi penghantaran untuk melepaskan secretome secara bertahap, sehingga memperpanjang efek terapinya dan menjaga efektivitas terapi dalam jangka waktu lebih lama.
Artikel Lainnya: Secretome Sebagai Terapi Tambahan Pasien Radang Usus Kronis
Hasil Penelitian dan Riset Klinis Awal
Sampai saat ini belum ada studi klinis yang secara spesifik mengevaluasi secretome untuk GERD. Namun, studi praklinis yang dilakukan oleh Tan (2002), pada model penyakit gastrointestinal inflamasi menunjukan efektivitas secretome dalam mempercepat regenerasi mukosa dan menghambat inflamasi.
Studi oleh Lizondo et al. (2023) meninjau berbagai pendekatan pengobatan GERD dan Barrett’s esophagus, termasuk regenerasi jaringan esofagus yang menggunakan terapi stem cell. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi berbasis stem cell dan teknik rekayasa jaringan (seperti organoid dan cetak 3D) menunjukkan potensi untuk memperbaiki atau mengganti jaringan esofagus yang rusak akibat refluks kronis.
Secretome berpeluang menjadi salah satu alternatif terapi tambahan yang inovatif dalam penanganan GERD, melalui efek regeneratif dan antiinflamasi. Meskipun masih memerlukan uji klinis langsung, bukti dari studi terkait menunjukkan dasar biologis yang kuat untuk penggunaannya di masa depan.
Apabila Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai secretome untuk terapi penyakit GERD, Anda dapat menghubungi layanan kesehatan mitra Regenic. Jangan lupa juga untuk terus memantau perkembangan terapi Stem Cell secara akurat hanya di Regenic.
Sumber Referensi
- Daneshmandi, L., Shah, S., Jafari, T., Bhattacharjee, M., Momah, D., Saveh-Shemshaki, N., ... & Laurencin, C. (2020). Emergence of the Stem Cell Secretome in Regenerative Engineering. Trends in Biotechnology. https://doi.org/10.1016/j.tibtech.2020.04.013
- Zhang, D., Wang, Z., Ma, L., Xu, L., Fan, S., Su, Y., Shi, X., Hu, J., Zhao, S., Li, W., Linghu, E., & Yan, L. (2023). Local injection of adipose-derived mesenchymal stem cells in silk fibroin solution on the regeneration of lower esophageal sphincter in an animal model of GERD. Frontiers in Cell and Developmental Biology, 11. https://doi.org/10.3389/fcell.2023.993741
- Isomoto, H., Nishi, Y., Kanazawa, Y., Shikuwa, S., Mizuta, Y., Inoue, K., Kohno, S. (2007). Immune and inflammatory responses in GERD and lansoprazole. Journal of Clinical Biochemistry and Nutrition, 41, 84–91. https://doi.org/10.3164/jcbn.2007012
- Tan, K-X., Chang, T., & Lin, X. (2022). Secretomes as an emerging class of bioactive ingredients for enhanced cosmeceutical applications. Experimental Dermatology, 31(5), 674–688. https://doi.org/10.1111/exd.14570
- Lizondo, P. E., Gonzalez, E. P., & Palabras Clave. (2023). Gastroesophageal reflux disease, Barrett's esophagus: Pathophysiology, classification and treatment. Interamerican Journal of Health Sciences. DOI: https://doi.org/10.59471/202322
- Gargus, M. D., Niu, C., Vallone, J., Binkley, J., Rubin, D., & Shaker, A. (2015). Human esophageal myofibroblasts secrete proinflammatory cytokines in response to acid and Toll-like receptor 4 ligands. American Journal of Physiology-Gastrointestinal and Liver Physiology, 308(11), G904–G923. https://doi.org/10.1152/AJPGI.00333.2014