Tuberkulosis paru (TBC paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang organ paru-paru. Penularanya terjadi melalui droplet air liur yang keluar saat penderita batuk, bersin, atau berbicara. Menurut WHO, TBC masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia.
Gejala TBC paru meliputi batuk tidak sembuh selama dua minggu, berat badan menurun tanpa sebab yang jelas, demam dan keringat di malam hari, nyeri dada, hingga batuk berdarah. Jika tidak segera ditangani, TBC dapat merusak paru-paru secara permanen dan menyebar ke organ tubuh lainnya.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko TBC antara lain daya tahan tubuh yang lemah, infeksi HIV, kekurangan gizi, dengan kondisi sosial dan ekonomi yang tidak mendukung. Selain gejala fisik, banyak penderita TBC juga menghadapi tekanan psikologis dan masalah sosial, seperti stigma dan isolasi dari lingkungan sekitar.
Pengobatan TBC saat ini menggunakan kombinasi antibiotik yang harus dikonsumsi minimal enam bulan. Tantangan yang cukup sering dihadapi adalah munculnya resistensi obat (bakteri yang kebal terhadap antibiotik), efek samping dari pengobatan jangka panjang, serta kepatuhan pasien dalam menyelesaikan seluruh rangkaian terapi. Oleh karena, dibutuhkan pendekatan tambahan yang dapat membantu memperkuat sistem imun dan mempercepat proses penyembuhan.
Pengobatan TBC paru bisa dilakukan dengan menggunakan terapi Secretome untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pendekatan ini masih dalam penelitian lebih lanjut agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Baca Artikel Lainnya: Terapi Stem Cell untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Secretome Sebagai Terapi Tambahan pada Pengobatan TBC Paru
Salah satu pendekatan yang sedang diteliti adalah penggunaan terapi secretome, yaitu kumpulan molekul bioaktif yang dihasilkan oleh sel, terutama stem cell. Molekul-molekul ini terdiri atas sitokin, growth factor, dan vesikel ekstraseluler, yang memiliki efek anti inflamasi, imunomodulator, dan regeneratif. Dengan efek yang dimilikinya, secretome dinilai berpotensi untuk mendukung respon imun tubuh terhadap infeksi dam memperbaiki jaringan yang rusak akibat peradangan yang terjadi.
Beberapa penelitian juga menunjukan bahwa protein yang dikeluarkan oleh bakteri penyebab TBC dapat memengaruhi cara tubuh merespons infeksi. Secretome dinilai memiliki potensi untuk dapat mengatur respons imun tubuh, membantu mengurangi peradangan, dan mencegah kerusakan paru yang lebih parah. Meski masih dalam tahap penelitian, pendekatan ini memiliki peluang sebagai terapi yang mendukung dalam pengelolaan TBC yang lebih menyeluruh.
Manfaat Secretome bagi Penderita TBC Paru
Secretome menunjukkan potensi sebagai terapi tambahan untuk penderita TBC paru. Beberapa manfaat potensialnya, yaitu:
- Membantu mengurangi peradangan di jaringan paru.
- Memperkuat sistem imun tubuh agar lebih efektif melawan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Mempercepat proses pemulihan jaringan paru yang rusak akibat infeksi. - Mengurangi risiko pembentukan jaringan parut (fibrosis) di paru-paru setelah infeksi membaik.
- Membantu menyeimbangkan respon imun, khususnya pada pasien dengan reaksi peradangan yang berlebihan.
Prosedur Penggunaan Secretome untuk TBC Paru
Prosedur penggunaan secretome dimulai dari pengambilan zat aktif dari hasil kultur stem cell di laboratorium yang steril. Kemudian secretome diolah menjadi bentuk cairan yang dapat diberikan lewat suntikan ke pembuluh darah. Dalam beberapa protokol eksperimental, secretome juga diberikan melalui penguapan agar langsung masuk ke dalam paru-paru.
Terapi ini diberikan selama beberapa kali dalam periode tertentu dan dikombinasikan dengan pengobatan antibiotik biasa. Sebelum terapi dimulai, pasien akan menjalani pemeriksaan medis yang ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitas.
Baca Artikel Lainnya: Secretome Membantu Pemulihan Bronkitis Kronis Berulang
Penelitian dan Studi Klinis Tentang Secretome untuk Pengobatan TBC Paru
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa secretome berpotensi menjadi terapi tambahan dalam pengobatan TBC paru. Hal ini karena secretome dinilai memiliki kemampuan dalam memodulasi sistem imun, serta mendukung perbaikan jaringan paru yang rusak akibat infeksi.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Adlakha menemukan bahwa protein yang dikeluarkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat merusak sel alveolar tipe 2, yaitu sel yang berperan dalam menjaga fungsi dan integritas paru-paru. Terapi yang dapat membantu menyeimbangkan respons imun terhadap protein ini dianggap menjanjikan sebagai terapi pendukung dalam pengobatan TBC.
Studi lain yang dilakukan oleh Cornejo berhasil memetakan jenis-jenis protein yang diproduksi oleh bakteri TBC. Beberapa dari protein ini dianggap sebagai sasaran potensial terapi baru, yang bisa dimodulasi melalui pendekatan tanpa sel (acellular) seperti penggunaan secretome.
Sementara itu, Chiliza menemukan bahwa protein tertentu yang terkandung dalam secretome bakteri TBC berpotensi sebagai penanda biologis dalam pengembangan vaksin atau terapi imun pasif untuk TBC.
Baca Artikel Lainnya: Terapi Regeneratif pada Asma Kronis dengan Secretome
Berdasarkan berbagai temuan tersebut, secretome menunjukkan potensi sebagai terapi tambahan yang efektif dalam pengobatan TBC paru. Dengan kemampuannya dalam memodulasi sistem imun dan mendukung regenerasi jaringan paru yang rusak, secretome dapat membantu mengoptimalkan pengobatan standar, seperti terapi antibiotik, serta mempercepat proses penyembuhan.
Namun, penelitian klinis lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanannya pada manusia dalam skala lebih luas. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai efektifitas terapi Secretome maupun Stem Cell untuk penyakit TBC Paru, konsultasikan kondisi Anda dengan tenaga medis profesional di layanan kesehatan mitra Regenic.
Sumber referensi:
- Adlakha, N., Vir, P., & Verma, I. (2012). Effect of mycobacterial secretory proteins on the cellular integrity and cytokine profile of type II alveolar epithelial cells. Lung India, 29(4), 313–318. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23243342/
- Cornejo-Granados, F., Zatarain-Barrón, Z., Cantu-Robles, V. A., Mendoza-Vargas, A., Molina-Romero, C., Sánchez, F., del Pozo-Yauner, L., Hernández-Pando, R., & Ochoa‐Leyva, A. (2017). Secretome prediction of two M. tuberculosis clinical isolates reveals their high antigenic density and potential drug targets. Frontiers in Microbiology, 8, Article 128. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC5293778/
- Chiliza, T. E., Pillay, M., Naidoo, K., & Pillay, B. (2019). Immunoscreening of the M. tuberculosis F15/LAM4/KZN secretome library against TB patients' sera identifies unique active- and latent-TB specific biomarkers. Tuberculosis, 115, 161–170. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30948172/
- Pereira, C. B., Palaci, M., Leite, O. H., Duarte, A., & Benard, G. (2004). Monocyte cytokine secretion in patients with pulmonary tuberculosis differs from that of healthy infected subjects and correlates with clinical manifestations. Microbes and Infection, 6(1), 25–33. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/14738890/
- Erokhin, V. V., Vasil'eva, I. A., Konopliannikov, A. G., Chukanov, V. I., Tsyb, A. F., Bagdasarian, T. R., Danilenko, A. A., Lepekhina, L. A., Kal'sina, S. Sh., Semenkova, I. V., & Agaeva, E. V. (2008). Systemic transplantation of autologous mesenchymal stem cells of the bone marrow in the treatment of patients with multidrug-resistant pulmonary tuberculosis. Bulletin of Experimental Biology and Medicine, 146(1), 128–132. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/19086127/