Epilepsi adalah penyakit kronis yang ditandai dengan kejang-kejang yang disebabkan karena gangguan terhadap aktivitas aliran listrik di otak. Gejala epilepsi berbeda-beda pada setiap orang karena hal ini tergantung pada jenis kejang yang dialami.
Penyakit ini terjadi karena aktivitas listrik yang tidak normal di otak dan ada faktor lain yang menjadi pemicu. Kemungkinan lain yang terjadi yaitu adanya cedera kepala, kelainan pembuluh otak, terdapat infeksi seperti menginitis, Cerebral Palsy, Down Syndrome, kelahiran prematur, serta kekurangan oksigen saat lahir, pemicu lainnya yaitu adanya tumor otak dan riwayat keluarga terhadap epilepsi.
Epilepsi dapat memengaruhi kemampuan belajar pada anak serta pengembangan otak. Dari ciri kesehatan fisik yang dimiliki anak biasanya anak dengan epilepsi berisiko terluka saat mengalami kejang, misalnya jatuh hingga mengalami patah tulang atau luka di kepala. Beberapa obat yang diberikan juga bisa menimbulkan efek samping yang mengganggu kesehatan.
Anak yang mengalami epilepsi biasanya lebih rentan mengalami gangguan mental seperti depresi dan cemas. Hal ini terjadi karena rasa takut yang terjadi saat kejang datang secara tiba-tiba karena efek samping yang ditimbulkan obat. Maka dari itu penting untuk dukungan dari psikologis dan berada di dalam lingkungan yang tepat agar anak dapat tumbuh dengan baik.
Salah satu metode yang dilakukan untuk mengatasi epilepsi yaitu dengan terapi Stem Cell terutama dengan jenis Mesenchymal Stem Cells yang diambil dari sumsum dan lemak. MSCs dapat mengurangi peradangan di otak, membantu pembentukan sel saraf yang baru dan menyeimbangkan zat kimia di otak yang terkait pada epilepsi. Penelitian menunjukan bahwa MSCs dapat mngurangi frekuensi dan durasi kejang dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan belajar.
Baca Artikel Lainnya: Regenerasi Sel Otak untuk Mengatasi Bipolar Disorder
Bagaimana Terapi Stem Cell Dapat Membantu Mengatasi Epilepsi?
Terapi Stem Cell adalah pengobatan yang menggunakan sel khusus yang dapat berkembang menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh. Untuk Epilepsi, terapi ini diharapkan dapat membantu dengan beberapa cara. Stem cell dapat menggantikan sel-sel saraf yang rusak atau hilang di otak akibat Epilepsi, sehingga membantu memulihkan fungsi otak.
Stem cell memiliki potensi untuk memperbaiki sirkuit saraf yang rusak, salah satunya dengan meningkatkan populasi neuron penghambat (inhibitory neurons), yang berperan mengurangi frekuensi kejang. Mekanisme ini didukung oleh potensi Stem Cell dalam mensekresi faktor neurotropik dan senyawa anti-inflamasi.
Selain itu, Stem Cell berpotensi menurunkan stres oksidatif kondisi yang umum terjadi pada penderita Epilepsi dengan meningkatkan produksi antioksidan endogen dan mengurangi akumulasi radikal bebas yang merusak sel saraf. Di sisi lain, Stem Cell juga berperan dalam mengatur keseimbangan neurotransmitter. Contohnya dengan meningkatkan kadar neurotransmitter penghambat, sekaligus menurunkan neurotransmiter eksitator yang berlebihan. Regulasi ini menjadi kunci dalam menstabilkan aktivitas listrik otak.
Kombinasi efek neuroprotektif, anti-inflamasi, dan modulasi neurotransmitter menjadikan terapi Stem Cell sebagai pendekatan potensial untuk mengontrol patofisiologi Epilepsi secara holistik.
Jenis Stem Cell yang Digunakan untuk Pengobatan Epilepsi
Mesenchymal Stem Cells (MSCs) adalah jenis Stem Cell yang diambil dari sumsum tulang belakang, jaringan lemak, darah tali pusat, plasenta, atau cairan ketuban. Sel ini memiliki kemampuan untuk berubah menjadi berbagai jenis sel khusus termasuk sel saraf. Selain itu, MSCs dapat menghasilkan zat yang dapat membantu pertumbuhan saraf dan mengurangi peradangan yang terjadi di dalam tubuh.
- MSCs berpotensi mengurangi kerusakan saraf, merangsang neurogenesis, dan menghasilkan faktor neuroprotektif, sehingga dapat mengurangi durasi dan frekuensi kejang serta melindungi dari kerusakan sel saraf.
- Induced Pluripotent Stem Cells (iPSCs) adalah Stem Cell yang diperoleh dari sel somatik dewasa melalui reprogramming genetik
iPSCs dapat diferensiasikan menjadi berbagai jenis sel saraf, termasuk neuron penghambat GABAergik, astrosit, dan sel Purkinje. Studi awal pada Epilepsi menunjukkan bahwa mengimplantasi neuron penghambat GABAergik yang berasal dari iPSCs dapat mengurangi kejang dan memperbaiki fungsi kognitif, perilaku agresif, dan suasana hati.
Neural Stem Cells (NSCs) umumnya diperoleh dari jaringan otak embrio atau janin dan memiliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi sel-sel saraf dan glial. NSCs diharapkan dapat digunakan untuk menggantikan sel-sel saraf yang rusak atau hilang di otak akibat Epilepsi, serta memodifikasi sirkuit saraf yang rusak untuk mengontrol kejang.
Embryonic Stem Cell (ESCs) diambil dari embrio pada tahap blastokista dan memiliki kemampuan pluripotensi, yaitu dapat diferensiasikan menjadi berbagai jenis sel dalam tubuh, termasuk sel-sel saraf.
ESCs berpotensi untuk menggantikan sel-sel saraf yang rusak dan memperbaiki fungsi otak pada Epilepsi. Namun, penggunaannya masih terbatas karena masalah etik dan risiko terbentuknya tumor.
Baca Artikel Lainnya : Terapi Stem Cell untuk PTSD: Mitos atau Fakta?
Prosedur Terapi Stem Cell untuk Epilepsi
Prosedur terapi Stem Cell pada Epilepsi melibatkan beberapa tahap yang sangat penting. Pasien akan diperiksa oleh dokter menyeluruh untuk menentukan layak atau tidaknya terapi tersebut, berupa riwayat medis, jenis epilepsi, serta keparahan gejala. Sumber Stem Cell dipilih, yaitu sumsum tulang, darah tali pusat, atau jaringan adiposa.
Setelah Stem Cell diisolasi dan diolah di laboratorium, langkah yang terpenting adalah pemberian dosis sel kepada pasien. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu injeksi intravena atau intraserebral, tergantung pada jenis Epilepsi yang diderita.
Pasien akan dipantau ketat setelah dosis sel diberikan hal ini untuk memantau efek terapi dan menemukan potensi efek samping. Prosedur ini memerlukan kerjasama tim medis dan pengawasan jangka panjang untuk mengevaluasi hasil terapi dan kualitas hidup pasien.
Hasil Penelitian dan Studi Klinis Terbaru
Jonathon J. Parker, M.D., Ph.D., dan Amy Z. Crepeau, M.D., sedang melakukan penelitian klinis fase pertama pada manusia untuk terapi regeneratif epilepsi yang resisten terhadap obat. Mereka menggunakan interneuron yang berasal dari sel induk embrionik manusia dan mengimplementasikannya ke hipokampus pasien. Tujuannya adalah untuk mengembalikan keseimbangan eksitatori-inhibitorik yang normal dan mengurangi atau bahkan menghilangkan kejang
Peneliti Harrell et al mengeksplorasi penggunaan eksosom yang berasal dari MSC untuk terapi epilepsi. Hasilnya menunjukkan bahwa eksosom memiliki potensi sebagai terapi imunomodulator yang efektif.
Baca Artikel Lainnya : Terapi Stem Cell Membantu Pasien Multiple System Atrophy
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Terapi Stem Cell untuk Epilepsi
Suksesnya atau berhasilnya terapi Stem Cell pada Epilepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa hal berikut ini:
- Jenis dan kondisi Epilepsi: Tidak semua Epilepsi selalu sama tingkatannya, ada tingkat keparahan dan penyebabnya juga memengaruhi faktor.
- Jenis Stem Cell: Sumber serta kualitas Stem Cell yang diambil berpengaruh untuk definisi keberhasilannya.
- Metode pemberian: Metode, tahapan injeksi serta dosis yang diberikan berpengaruh untuk mempengaruhi hasil.
- Kondisi Pasien: Pasien dari segi umur, keseluruhan kondisi kesehatan, dan daya tahan tubuh berdampak pada suksesnya penyembuhan.
- Waktu terapi dilakukan: Umumnya semakin awal dalam mengetahui Epilepsi dan semakin awal diatasi maka semakin tinggi keberhasilan terapi.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanan dari terapi sel (Stem Cell dan Secretome) dalam berbagai kondisi klinis. Konsultasi dengan tenaga medis profesional sangat disarankan agar terapi ini dapat diberikan secara tepat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan medis masing-masing pasien.
Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut terkait perkembangan terkini Stem Cell maupun cara kerja Secretome, segera konsultasi dengan tim mitra Regenic.
Sumber Referensi:
- Söderlund, A., Padyukov, L., & Alfredsson, L. (2022). The role of environmental factors in the development of autoimmune diseases: Insights from molecular epidemiology. Frontiers in Immunology, 13, 845048 https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9777461/
- Chang, B.-L., & Chang, K.-H. (2022). Stem Cell Therapy in Treating Epilepsy. Frontiers in Neuroscience, 16, 934507. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35833086/
- Zhang, X., Li, J., Li, Y., Li, L., & Li, X. (2025). Nonpharmacological Interventions for Preventing Rehospitalization Among Patients with Heart Failure: A Systematic Review and Meta-Analysis. Frontiers in Cardiovascular Medicine, 12, 000000. https://stemcellres.biomedcentral.com/articles/10.1186/s13287-025-04158-z
- Rahimi Tesiye, M., Gol, M., Rajabi Fadardi, M., Mousavi Kani, S. N., Costa, A.-M., Ghasemi-Kasman, M., & Biagini, G. (2022). Potensi terapeutik sel punca mesenkimal dalam pengobatan epilepsi dan interaksinya dengan obat antikonvulsan. Cells, 11(24), 4129. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9777461/
- Lybrand, Z. R., Goswami, S., & Hsieh, J. (2020). Stem cells: a path towards improved epilepsy therapies. Neuropharmacology, 168, 107781. https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7075729/