Neuropatik fibromyalgia adalah salah satu bentuk gangguan nyeri kronis yang cukup kompleks. Penderitanya sering merasakan nyeri menyebar di seluruh tubuh, merasa cepat lelah, susah tidur, dan sulit berkonsentrasi atau berpikir jernih yang mana kondisi ini sering disebut juga dengan “fibro fog.” Beberapa penderitanya juga merasakan menjadi sangat sensitif terhadap sentuhan, suhu dingin atau panas, bahkan suara atau cahaya yang biasanya tidak mengganggunya.
Hingga saat ini, penyebab pasti fibromyalgia masih belum benar-benar diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini dipicu oleh gabungan berbagai faktor seperti genetik, infeksi yang pernah dialami, cedera fisik, stres yang berkepanjangan, atau cara otak yang berbeda dalam memproses sinyal nyeri. Pada fibromyalgia yang bersifat neuropatik, sistem saraf yang terganggu menyebabkan sinyal nyeri dikirim secara berlebihan, bahkan ketika tidak ada pemicu nyeri yang jelas.
Pengobatan konvensional seperti obat pereda nyeri, antidepresan, atau fisioterapi, seringkali tidak memberikan hasil yang memuaskan untuk jangka panjang. Karena itulah, kini banyak penderita neuropatik fibromyalgia yang mencari pengobatan alternatif lain yang lebih alami dan menyentuh akar masalahnya.
Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah terapi stem cell (sel punca) dan secretome. Terapi ini tidak sekadar meredakan gejala, tapi membantu tubuh memperbaiki jaringan saraf yang rusak, memperbaiki komunikasi antar sel saraf, serta mengurangi peradangan dari dalam. Dengan cara kerja yang menyasar sumber masalahnya, terapi ini memberikan harapan baru bagi pemulihan jangka panjang yang lebih alami dan berkelanjutan.
Baca Artikel Lainnya: Mitos vs Fakta: Kebenaran Seputar Stem Cell
Mekanisme Secretome dalam Menstabilkan Aktivitas Saraf Pusat
Secretome adalah kumpulan zat aktif yang dikeluarkan oleh stem cell, seperti protein penyembuh, molekul antiinflamasi, dan vesikel kecil bernama exosome. Semua komponen ini bekerja bersama untuk meredakan peradangan, membantu perbaikan jaringan saraf yang rusak, dan menyeimbangkan kembali sinyal nyeri yang berlebihan di otak maupun di sistem saraf tepi.
Pada kasus neuropatik fibromyalgia, tubuh sering mengalami “korsleting” sinyal nyeri akibat peradangan saraf yang berlangsung terus-menerus. Salah satu penyebabnya adalah sel mikroglia yang merupakan sel kekebalan di otak, yang menjadi terlalu aktif dan malah memperburuk rasa nyeri.
Di sinilah peran secretome menjadi penting. Ia bekerja seperti "penenang" alami untuk sistem saraf. Menurut penelitian oleh Mou (2023), exosome dari stem cell dapat menghambat aktivitas mikroglia dengan cara memengaruhi jalur molekul tertentu (disebut miR-96-5p/FOXO3a). Hasilnya, sinyal nyeri jadi lebih terkendali, peradangan menurun, dan komunikasi antar sel saraf kembali lebih stabil. Dengan kata lain, secretome membantu tubuh “mengatur ulang” sistem saraf yang kacau, sehingga rasa nyeri bisa mereda secara alami dan berkelanjutan.
Jenis Stem Cell yang Digunakan
Jenis stem cell yang paling sering digunakan dalam terapi regeneratif untuk nyeri neuropatik adalah Mesenchymal Stem Cell (MSC). MSC dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti sumsum tulang, jaringan lemak, tali pusat, dan bahkan dari gigi (stem cellapical papilla).
MSC memiliki keunggulan berupa kemampuan imunomodulasi, antiinflamasi, dan sekresi secretome yang kaya akan faktor neurotropik. Szymoniuk (2023) menekankan potensi multipotent stem cells dalam memperbaiki jaringan saraf melalui diferensiasi sel dan pelepasan senyawa penyembuh secara parakrin.
Manfaat Stem Cell untuk Pasien dengan Neuropatik Fibromyalgia
Bagi pasien yang mengalami fibromyalgia tipe neuropatik, terapi stem cell dan secretome memberikan harapan baru yang lebih alami dan menyeluruh. Beberapa manfaat yang bisa dirasakan antara lain:
Mengurangi nyeri kronis
Stem cell, terutama dari jenis MSC (Mesenchymal Stem Cells), mampu meredakan peradangan di tubuh dan memperbaiki komunikasi antar sel saraf. Hal ini membantu menurunkan rasa nyeri yang terus-menerus dirasakan pasien.
Mendorong regenerasi saraf secara alami
Terapi ini membantu memperbaiki kerusakan pada jaringan saraf akibat stres oksidatif dan peradangan berkepanjangan, dua hal yang umum terjadi pada fibromyalgia.
Meningkatkan fungsi otak dan suasana hati
Penelitian terbaru oleh Dagnino dan tim (2025) menunjukkan bahwa stem cell dari jaringan gigi (SCAP) dapat meningkatkan kadar dopamin dan glutamat, dua zat kimia penting di otak yang berperan dalam mengatur mood dan persepsi terhadap nyeri.
Mengurangi kecemasan dan depresi
Dengan menstabilkan aktivitas sistem limbik (bagian otak yang mengatur emosi), terapi ini juga berpotensi membantu pasien merasa lebih tenang dan tidak terlalu terpengaruh secara emosional oleh rasa nyeri.
Baca Artikel Lainnya: Manfaat Kombinasi Stem Cell dan Secretome dalam Pemulihan Cedera Saraf
Prosedur Terapi Secretome pada Neuropatik Fibromyalgia
Terapi secretome dilakukan secara bertahap dengan cara yang aman dan minim risiko. Sebelum memulai, pasien akan menjalani pemeriksaan medis menyeluruh untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang menjadi hambatan atau risiko terhadap terapi.
Setelah dinyatakan cocok, secretome akan diberikan melalui suntikan, baik secara intravena (melalui pembuluh darah) atau langsung ke area yang memerlukan, tergantung pada kondisi pasien. Biasanya, terapi diberikan beberapa kali dengan jarak antar sesi sekitar 2 minggu, selama 1 hingga 2 bulan.
Selama proses ini, dokter akan terus memantau respons tubuh dan efek klinis untuk menyesuaikan dosis atau metode jika diperlukan. Tujuannya adalah memberikan efek penyembuhan yang bertahap, tapi berkelanjutan tanpa membebani tubuh pasien.
Studi Klinis dan Bukti Ilmiah
1. Riset Dagnino (2025)
Penelitian dari Dagnino pada tahun 2025 menemukan bahwa sel punca yang diambil dari papila apikal gigi, atau disebut SCAP (Stem Cells from Apical Papilla), memiliki potensi besar untuk membantu pemulihan kondisi fibromyalgia neuropatik. Fibromyalgia sendiri merupakan gangguan kronis yang ditandai dengan nyeri menyebar di seluruh tubuh, gangguan tidur, kelelahan, hingga gejala mirip depresi. Sayangnya, banyak penderita tidak merespons baik terhadap pengobatan konvensional.
Dalam studi ini, para peneliti menggunakan tikus laboratorium yang diberikan zat khusus (reserpin) untuk memicu gejala fibromyalgia, seperti nyeri saraf dan perubahan suasana hati. Hasilnya menunjukkan setelah diberikan terapi SCAP secara sistemik (melalui pembuluh darah), tikus-tikus tersebut menunjukkan penurunan signifikan pada kepekaan terhadap rangsangan nyeri, baik dari sentuhan maupun suhu. Tak hanya itu, perilaku mirip depresi yang sebelumnya muncul juga berhasil dibalikkan.
Lebih lanjut, terapi SCAP juga terbukti memengaruhi kadar zat kimia penting dalam otak dan otot yang berperan dalam rasa nyeri dan stres, seperti dopamin, glutamat, dan glutathione. Meskipun tidak semua gejala berhasil diperbaiki (seperti rasa lelah atau kecemasan ekstrem), temuan ini tetap menjadi tonggak penting dalam pengembangan terapi fibromyalgia yang lebih alami dan menyasar langsung akar masalahnya yaitu gangguan pada sistem saraf dan respon tubuh terhadap stres.
Penelitian ini membuka jalan bagi penggunaan terapi sel punca dari jaringan gigi sebagai pendekatan baru yang menjanjikan, khususnya bagi pasien fibromyalgia yang belum menemukan solusi efektif dari pengobatan medis biasa.
2. Riset Sumarwoto (2022)
Meskipun studi ini tidak secara langsung membahas fibromyalgia neuropatik, hasil yang ditemukan oleh Sumarwoto pada tahun 2022 tetap memberikan gambaran yang sangat penting mengenai manfaat terapi stem cell dalam mengatasi nyeri saraf berat. Mereka meneliti penggunaan terapi sel punca pada pasien dengan cedera pleksus brakialis, yaitu cedera saraf besar yang mengontrol gerakan dan rasa di bahu, lengan, dan tangan. Kondisi ini seringkali menimbulkan nyeri hebat, kelemahan otot, hingga gangguan sensorik.
Hasil tinjauan sistematis mereka menunjukkan bahwa terapi stem cell, khususnya menggunakan sel punca mesenkimal (MSC) dan sel punca saraf (NSC), mampu memberikan perbaikan signifikan. Pasien menunjukkan peningkatan kekuatan otot, membaiknya gerakan jari, serta pemulihan kemampuan sensorik.
Ini terjadi karena stem cell bekerja dengan cara melepaskan berbagai zat aktif seperti faktor pertumbuhan dan sitokin yang mendukung perbaikan jaringan saraf yang rusak, mulai dari melindungi saraf yang masih ada, menstimulasi pertumbuhan serabut saraf baru, hingga mengurangi pembentukan jaringan parut.
Temuan ini memberi harapan bahwa pendekatan serupa juga berpotensi diterapkan pada kasus fibromyalgia dengan komponen nyeri neuropatik, terutama jika gejalanya berkaitan dengan gangguan sistem saraf. Meskipun riset khusus pada fibromyalgia masih diperlukan, studi ini menjadi pijakan penting untuk memahami bagaimana terapi stem cell bisa mendukung pemulihan alami dari kondisi yang berkaitan dengan kerusakan saraf.
Baca Artikel Lainnya: Perbandingan Stem Cell dan Secretome dalam Pengobatan Gangguan Saraf
3. Studi Elghany (2018)
Dalam studi yang dilakukan oleh Elghany (2018), terapi injeksi regeneratif (Regenerative Injection Therapy/RIT) yang menggabungkan Platelet-Rich Plasma (PRP) dan stem cell diuji efektivitasnya dalam menangani sindrom fibromyalgia primer. Penelitian ini membandingkan dua pendekatan terapi pada 120 pasien perempuan penderita fibromyalgia, yaitu proloterapi (kelompok 1) dan repetitive transcranial magnetic stimulation/rTMS (kelompok 2).
Proloterapi dalam konteks ini melibatkan penyuntikan larutan yang mengandung PRP dan stem cell ke berbagai titik nyeri seperti ligamen, insersi tendon, titik pemicu, dan ruang sendi. Tujuannya adalah untuk merangsang penyembuhan jaringan, meningkatkan proliferasi sel, dan memicu deposisi kolagen, yang secara teoritis dapat memperkuat struktur jaringan yang melemah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang menerima proloterapi mengalami peningkatan signifikan dalam pengurangan nyeri (VAS) dan perbaikan fungsi (RFIQ) dibandingkan dengan kelompok rTMS, baik segera setelah terapi maupun satu bulan pascaterapi. Dengan demikian, RIT yang mencakup penggunaan stem cell terbukti memberikan manfaat klinis dan fungsional yang lebih baik pada pasien fibromyalgia.
Meskipun istilah “fibromyalgia neuropatik” tidak secara eksplisit digunakan dalam studi ini, terapi berbasis stem cell yang diterapkan dalam konteks fibromyalgia primer menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk pemulihan nyeri kronis, yang secara klinis sering memiliki komponen neuropatik.
Pemulihan alami dari neuropatik fibromyalgia kini bukan lagi sekadar harapan. Berkat kemajuan dalam terapi regeneratif menggunakan stem cell dan secretome, penderita kini memiliki pilihan yang lebih menjanjikan untuk mengurangi nyeri kronis, memulihkan fungsi saraf, dan menjalani hidup yang lebih nyaman.
Meskipun terapi ini masih terus dikembangkan melalui studi klinis jangka panjang, bukti ilmiah yang ada menunjukkan potensi besar untuk menjadi bagian dari pendekatan integratif dalam penanganan fibromyalgia, khususnya bagi mereka yang belum mendapatkan hasil optimal dari terapi konvensional.
Regenic menghadirkan solusi berbasis teknologi stem cell yang dirancang untuk meredakan nyeri, memperbaiki jaringan saraf, serta mendukung pemulihan tubuh secara alami dan bertahap.
Referensi:
- Abd Elghany, S. E., Al Ashkar, D. S., El-Barbary, A. M., El Khouly, R. M., Aboelhawa, M. A., Nada, D. W., Darwish, N. F., Hussein, M. S., Rageh, E. S., Abo-Zaid, M. H., Eldesoky, I. F., & Afifi, S. (2019). Regenerative injection therapy and repetitive transcranial magnetic stimulation in primary fibromyalgia treatment: A comparative study. Journal of Back and Musculoskeletal Rehabilitation, 32(1), 55–62. https://doi.org/10.3233/BMR-181127
- Carvalho, C. R., Reis, R. L., & Oliveira, J. M. (2020). Fundamentals and Current Strategies for Peripheral Nerve Repair and Regeneration (pp. 173–201). https://doi.org/10.1007/978-981-15-3258-0_12
- Chakravarthy, K. (2017). Stem Cell Therapy for Chronic Pain Management: Review of Uses, Advances, and Adverse Effects. Pain Physician, 4(20;4), 293–305. https://doi.org/10.36076/ppj.2017.305
- Dagnino, A. P. A., Rübensam, G., Silva, J. B., & Campos, M. M. (2025). Stem cells from tooth apical papilla modulate fibromyalgia-like changes in mice. Brain Research Bulletin, 222, 111257. https://doi.org/10.1016/j.brainresbull.2025.111257
- Joshi, H. P., Jo, H.-J., Kim, Y.-H., An, S.-B., Park, C.-K., & Han, I. (2021). Stem Cell Therapy for Modulating Neuroinflammation in Neuropathic Pain. International Journal of Molecular Sciences, 22(9), 4853. https://doi.org/10.3390/ijms22094853
- Kan, H., Fan, L., Gui, X., Li, X., Yang, S., Huang, Y., Chen, L., & Shen, W. (2022). Stem Cell Therapy for Neuropathic Pain: A Bibliometric and Visual Analysis. Journal of Pain Research, Volume 15, 1797–1811. https://doi.org/10.2147/JPR.S365524
- Mou, C., Li, Z., Liu, N., Ni, L., & Xu, Y. (2023). Low level TGF-β1-treated Umbilical mesenchymal stem cells attenuates microgliosis and neuropathic pain in chronic constriction injury by exosomes/lncRNA UCA1/miR-96-5p/FOXO3a. Biochemistry and Biophysics Reports, 34, 101477. https://doi.org/10.1016/j.bbrep.2023.101477
- Pinho, A. C., Fonseca, A. C., Serra, A. C., Santos, J. D., & Coelho, J. F. J. (2016). Peripheral Nerve Regeneration: Current Status and New Strategies Using Polymeric Materials. Advanced Healthcare Materials, 5(21), 2732–2744. https://doi.org/10.1002/adhm.201600236
- Shparberg, R., & Vickers, E. R. (2018). Cell‐based therapies and natural compounds for pain. Australian Endodontic Journal, 44(2), 186–194. https://doi.org/10.1111/aej.12256
- Sumarwoto, T., Suroto, H., Mahyudin, F., Utomo, D. N., Romaniyanto, F., Prijosedjati, A., Notobroto, H. B., Tinduh, D., Prakoeswa, C. R. S., Rantam, F. A., & Rhatomy, S. (2022). Prospect of Stem Cells as Promising Therapy for Brachial Plexus Injury: A Systematic Review. Stem Cells and Cloning: Advances and Applications, Volume 15, 29–42. https://doi.org/10.2147/SCCAA.S363415
- Szymoniuk, M., Litak, J., Sakwa, L., Dryla, A., Zezuliński, W., Czyżewski, W., Kamieniak, P., & Blicharski, T. (2022). Molecular Mechanisms and Clinical Application of Multipotent Stem Cells for Spinal Cord Injury. Cells, 12(1), 120. https://doi.org/10.3390/cells12010120