Pernah merasa nyeri atau panas seperti terbakar di dada setelah makan? Atau sering sulit menelan saat makan? Bisa jadi itu adalah gejala esofagitis. Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (Esofagus), saluran yang menghubungkan mulut ke lambung. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan luka dan kerusakan jaringan di dinding kerongkongan.
Gejala umum dari esofagitis meliputi rasa nyeri saat menelan, sensasi makanan tersangkut, nyeri dada, mulut terasa asam, hingga mual. Pada anak-anak, esofagitis sering ditandai dengan muntah berulang, susah makan, atau gangguan tumbuh kembang.
Esofagitis bisa disebabkan oleh berbagai hal. Yang paling umum adalah naiknya asam lambung ke kerongkongan atau disebut juga dengan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Tapi bisa juga disebabkan oleh infeksi (misalnya jamur atau virus), alergi makanan (Eosinophilic Esophagitis), atau karena efek samping obat tertentu. Jenis-jenis esofagitis tersebut memiliki gejala yang mirip, tetapi penyebab dan pengobatannya bisa berbeda.
Jika tidak ditangani dengan tepat, esofagitis dapat menyebabkan luka yang sulit sembuh, jaringan parut, atau bahkan meningkatkan risiko kanker kerongkongan. Karena itu, penting untuk mencari terapi yang tidak hanya meredakan gejala, tetapi juga memperbaiki jaringan yang rusak. Salah satu pendekatan baru yang menjanjikan adalah terapi regeneratif.
Baca Artikel Lainnya: Secretome dalam Terapi untuk Penyakit GERD
Mekanisme Terapi Regeneratif dalam Esofagitis
Terapi regeneratif bekerja dengan cara memanfaatkan kemampuan biologis sel untuk memperbaiki jaringan yang rusak akibat peradangan kronis. Dalam konteks esofagitis, kerusakan terjadi pada lapisan mukosa kerongkongan yang menjadi iritasi atau luka akibat paparan asam lambung, reaksi alergi, atau infeksi.
Ketika jaringan ini rusak, tubuh secara alami akan berusaha memperbaikinya, tetapi kemampuan regenerasi alami ini bisa terhambat oleh kondisi peradangan kronis, sistem imun yang tidak stabil, atau jaringan parut yang sudah terbentuk. Terapi regeneratif masuk sebagai ‘Booster’ untuk mendukung proses penyembuhan alami tersebut secara lebih efisien.
Salah satu cara kerja utama terapi ini adalah melalui pelepasan sinyal biologis dari Stem Cell dan Secretome yang diharapkan membantu mengatur ulang lingkungan jaringan yang rusak. Molekul-molekul ini tidak hanya mempercepat pembentukan sel-sel epitel baru, tetapi juga menghentikan kerusakan lebih lanjut dengan menekan sitokin pro-inflamasi dan memicu sinyal antiinflamasi.
Jenis Terapi Regeneratif yang Digunakan
Ada beberapa bentuk terapi regeneratif yang telah diteliti untuk esofagitis:
1. Mesenchymal Stem Cell (MSC)
MSCs adalah salah satu jenis Stem Cell yang paling banyak digunakan dalam terapi regeneratif. Mereka bisa diambil dari jaringan lemak, sumsum tulang, atau tali pusat. MSCs punya kemampuan mengurangi peradangan dan mempercepat regenerasi jaringan, serta memodulasi sistem imun agar tidak menyerang tubuh sendiri.
2. Secretome
Secretome adalah kumpulan molekul bioaktif yang dihasilkan oleh Stem Cell. Ia tidak mengandung sel hidup, sehingga risikonya lebih rendah. Di dalamnya terdapat zat antiinflamasi, growth factors, dan eksosom yang dapat memperbaiki jaringan kerongkongan yang rusak dan menenangkan respons imun.
3. Tissue Engineering
Pendekatan ini menggabungkan Stem Cell dengan bahan biokompatibel (seperti Scaffold atau matriks alami) yang ditempatkan di daerah luka esofagus untuk merangsang regenerasi lokal. Dinilai cocok untuk kasus berat atau luka kronis.
4. Exosome Therapy
Eksosome adalah komponen kecil dari Secretome yang membawa sinyal antar sel. Mereka diteliti untuk disuntikkan atau diberikan secara lokal untuk menstimulasi penyembuhan di area peradangan.
Baca Artikel Lainnya: Secretome untuk Terapi Penyakit Peradangan
Manfaat Terapi Regeneratif untuk Pasien Esofagitis
Terapi regeneratif menawarkan beberapa manfaat menjanjikan yang mungkin tidak dimiliki oleh terapi konvensional:
Mempercepat penyembuhan luka di kerongkongan: Dengan merangsang pertumbuhan sel baru yang sehat, terapi ini diharapkan membantu menyembuhkan luka dan mencegah komplikasi seperti striktur (penyempitan esofagus).
Mengurangi peradangan tanpa efek samping jangka panjang: Dibandingkan obat antiinflamasi biasa, Stem Cell dan Secretome memiliki sifat imunomodulator alami yang diteliti tidak mengganggu keseimbangan tubuh.
Meningkatkan kualitas hidup pasien kronis: Pada pasien dengan esofagitis kronis atau akibat autoimun (seperti eosinophilic esophagitis), terapi ini diharapkan dapat memperpanjang periode remisi dan menurunkan kebutuhan obat jangka panjang.
Aman untuk digunakan berulang: Karena bahan terapi berasal alami atau diproses secara steril tanpa sel hidup, terapi ini memiliki risiko reaksi penolakan yang sangat rendah.
Prosedur Terapi Regeneratif untuk Esofagitis
Prosedur terapi regeneratif untuk esofagitis diawali dengan pemeriksaan kondisi kesehatan menyeluruh untuk memastikan pasien dalam keadaan siap menerima terapi, lalu dilanjutkan dengan pemberian Stem Cell atau Secretome yang sedang dikembangkan untuk diberikan melalui beberapa metode berikut:
Pemeriksaan awal: Meliputi tes darah, fungsi hati dan ginjal, endoskopi, serta evaluasi riwayat penyakit untuk memastikan tidak ada infeksi aktif, kanker, atau gangguan sistem imun berat.
Infus intravena atau intramuskular: Secretome atau Stem Cell diberikan melalui pembuluh darah agar zat aktif tersebar secara sistemik ke area peradangan.
Endoskopi lokal: Digunakan untuk kasus yang lebih berat, terapi mungkin disuntikkan langsung ke area esofagus yang rusak menggunakan alat endoskopi.
Terakhir yaitu kontrol lanjutan, Pasien wajib menjalani kontrol rutin pascaterapi untuk mengevaluasi perbaikan jaringan, mengamati respons tubuh, serta memastikan terapi berjalan aman dan efektif.
Prosedur ini bersifat minim invasif dan umumnya bisa dilakukan tanpa rawat inap, hanya memerlukan observasi singkat setelah pemberian.
Baca Artikel Lainnya: Secretome untuk Menenangkan Kulit yang Meradang
Bukti Klinis dan Studi Pendukung
Salah satu studi klinis paling relevan terkait terapi regeneratif untuk esofagitis dilakukan oleh Ohki dan Yamamoto pada tahun 2020. Dalam penelitian ini, mereka mengembangkan metode transplantasi cell sheet yakni lembaran sel epitel mukosa mulut autolog (diambil dari jaringan pasien sendiri), yang ditanamkan ke area luka di esofagus setelah prosedur endoskopi yang dikenal sebagai Endoscopic Submucosal Dissection (ESD).
Prosedur ESD ini biasanya dilakukan pada pasien dengan lesi pra-kanker atau awal kanker di esofagus, namun sering kali meninggalkan luka yang luas dan berisiko tinggi menyebabkan striktur atau penyempitan esofagus yang menyakitkan dan mengganggu fungsi menelan. Hasil dari uji klinis ini menunjukkan bahwa pasien yang menerima terapi ini mengalami penurunan signifikan pada kejadian striktur esofagus, serta tidak menunjukkan efek samping serius.
Keberhasilan terapi ini pada manusia menjadi bukti kuat bahwa pendekatan regeneratif berpotensi diterapkan secara klinis, aman, dan efektif untuk membantu pemulihan jaringan esofagus. Terapi ini tidak hanya membantu mencegah komplikasi setelah prosedur endoskopi, tetapi juga membuka potensi penggunaan yang lebih luas pada kasus esofagitis kronis atau berat.
Terapi regeneratif hadir sebagai pendekatan baru yang lebih menyeluruh, dengan memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri. Baik melalui Stem Cell maupun Secretome, terapi ini diharapkan membantu regenerasi jaringan esofagus yang rusak, mengurangi peradangan, serta memulihkan fungsi menelan secara bertahap.
Jika Anda memiliki pertanyaan lainnya mengenai “Pemanfaatan Terapi Regeneratif untuk Esofagitis” Anda bisa konsultasi dengan dokter dan segera menghubungi tim kami di Regenic.
Sumber Referensi:
Foo, J., Looi, Q., Chong, P., Hassan, N., Yeo, G., Ng, C., Koh, B., How, C., Lee, S., & Law, J. (2021). Comparing the Therapeutic Potential of Stem Cells and their Secretory Products in Regenerative Medicine. Stem Cells International, 2021. https://doi.org/10.1155/2021/2616807.
Londono, R., & Badylak, S. F. (2015). Regenerative Medicine Strategies for Esophageal Repair. Tissue engineering. Part B, Reviews, 21(4), 393–410. https://doi.org/10.1089/ten.TEB.2015.0014
Ohki, T., & Yamamoto, M. (2020). Esophageal regenerative therapy using cell sheet technology. Regenerative Therapy, 13, 8 - 17. https://doi.org/10.1016/j.reth.2020.04.009.