Vaginismus adalah kondisi dimana otot yang ada di sekitar vagina secara tidak sadar menegang atau berkontraksi saat ada sesuatu yang mencoba masuk ke dalam vagina, seperti saat berhubungan intim, pemeriksaan ginekologis, atau memakai tampon.
Ketegangan yang dirasakan menimbulkan rasa sakit yang hebat hingga membuat hubungan seksual menjadi tidak mungkin dilakukan. Hal ini menyebabkan tekanan emosional, stres, dan masalah dalam berhubungan.
Penyebab vaginismus berasal dari banyak faktor, menurut psikologis terjadi karena rasa cemas terhadap hubungan seksual, pengalaman traumatis di masa lalu, atau memiliki rasa takut akan rasa sakit yang memicu kondisi ini. Faktor fisik atau biologis juga memiliki peran seperti otot dasar panggul yang bermasalah, peradangan atau tubuh yang sensitif akan rasa sakit.
Vaginismus menyebabkan nyeri saat berhubungan sehingga kondisi ini sering dinamakan dengan dyspareunia. Genito Pelvic Pain/Penetration Disorder digolongkan dalam satu kategori karena gejalanya sangat mirip dan sulit dibedakan.
Pengobatan dengan konseling psikologis dan latihan otot panggul dapat membantu meski sebagian wanita tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Maka dari itu terapi dengan menggunakan stem cell (sel punca) mulai dilirik untuk mengatasi vaginismus lebih efektif.
Mekanisme Stem Cell dalam Mengatasi Vaginismus
Selain terapi hormon, stem cell (sel punca) mulai dikembangkan untuk membantu mengatasi masalah seperti vaginismus. Meskipun belum banyak studi langsung pada vaginismus, penelitian menunjukkan bahwa stem cell bisa memperbaiki jaringan, meredakan peradangan, dan menenangkan saraf yang terganggu.
Hal ini penting karena vaginismus sering melibatkan nyeri dan ketegangan otot di area vagina. Dengan cara kerja ini, terapi stem cell berpotensi membantu mengurangi gejala dan meningkatkan kenyamanan saat berhubungan intim.
Baca Artikel Lainnya: Bisakah Secretome Membantu Regenerasi Otot yang Melemah?
Jenis Stem Cell yang Digunakan dalam Vaginismus
Jenis stem cell yang paling banyak digunakan untuk terapi regeneratif pada area genital wanita, termasuk dalam kasus vaginismus, adalah mesenchymal stem cell (MSC), khususnya yang berasal dari jaringan lemak atau disebut adipose-derived stem cells (ADSCs). ADSC diperoleh dari jaringan lemak melalui prosedur ringan seperti liposuction, kemudian diolah untuk menghasilkan stem cell (sel punca) yang kaya akan faktor pertumbuhan dan sitokin.
ADSC dikenal karena kemampuannya dalam:
Merangsang perbaikan jaringan dan pembentukan pembuluh darah baru (revaskularisasi)
Mengurangi peradangan di jaringan yang sensitif atau mengalami trauma
Memodulasi sistem imun melalui pelepasan molekul-molekul bioaktif seperti ekstraseluler vesikel
Mengaktifkan sel-sel induk lokal di sekitar area yang diterapi
Karena berasal dari tubuh pasien sendiri, stem cell (sel punca) dari jaringan lemak ini umumnya aman dan tidak menimbulkan reaksi penolakan. Potensi penyembuhan dan regenerasi inilah yang membuat ADSC menjadi salah satu pilihan utama dalam terapi inovatif untuk membantu mengatasi gangguan otot dasar panggul, nyeri kronis, dan masalah disfungsi seksual seperti vaginismus.
Manfaat Terapi Stem Cell untuk Vaginismus
Terapi stem cell, khususnya dari jaringan lemak adipose-derived stem cells (ASCs), memiliki potensi untuk mengatasi vaginismus, terutama pada wanita perimenopause. ASCs mampu memperbaiki jaringan yang rusak, mengurangi peradangan, dan meningkatkan pelumasan serta elastisitas vagina, yang semuanya penting untuk mengurangi nyeri saat berhubungan seksual.
Selain itu, stem cell (sel punca) juga membantu menormalkan fungsi hormonal secara tidak langsung dan meningkatkan kualitas hidup serta fungsi seksual. Uji klinis menunjukkan terapi ini aman digunakan dan saat ini sedang diuji lebih lanjut untuk efektivitasnya. Dengan manfaat ini, stem cell (sel punca) bisa menjadi alternatif terapi baru untuk vaginismus yang sulit diobati.
Prosedur Terapi Stem Cell untuk Pasien Vaginismus
Berdasarkan jurnal Kasilovska (2024), memang tidak secara eksplisit menyebutkan vaginismus sebagai diagnosis utama yang diterapi, tetapi terapi stem cell dari jaringan lemak (ADSCs) dijelaskan dalam konteks vulvovaginal atrophy (VVA) dan disfungsi seksual, yang sangat berkaitan erat dengan gejala-gejala yang juga muncul pada pasien vaginismus, seperti nyeri saat berhubungan seksual dan kekakuan otot-otot dasar panggul.
Berikut adalah ringkasan prosedur terapi stem cell (sel punca) untuk pasien vaginismus yang dapat disimpulkan dari jurnal tersebut:
Pengambilan lemak tubuh melalui prosedur liposuction ringan.
Pemrosesan lemak secara mekanis untuk mengekstrak adipose-derived stem cells (ADSCs).
Penyuntikan ADSCs ke area vulva atau vagina yang mengalami gangguan (misalnya atrofi, nyeri, atau kekakuan otot).
Pemantauan efek terapi, termasuk perbaikan fungsi seksual dan kadar hormon (FSFI, FSH, estradiol).
Terapi dinyatakan aman berdasarkan uji klinis fase I, dan diuji lebih lanjut dalam uji fase II pada wanita perimenopause.
Baca Artikel Lainnya: Bagaimana Secretome Meningkatkan Regenerasi Otot?
Bukti Klinis dan Studi Pendukung
Walaupun belum ada uji klinis secara langsung tentang penggunaan stem cell khusus untuk vaginismus, namun ada beberapa kondisi yang mirip seperti nyeri kronis, gangguan otot panggul, dan kerusakan saraf.
Penelitian yang dilakukan oleh Check memiliki hasil bahwa obat dengan jenis amfetamin dapat membantu mengurangi rasa nyeri saat penetrasi dalam jangka panjang.
Selanjutnya studi yang dilakukan dengan Chalmers menyarankan bahwa penanganan vaginismus perlu dilakukan dari berbagai sisi, dan stem cell (sel punca) dapat menjadi bagian penting dari solusi bagi pasien dengan kondisi kronis yang tidak membaik dengan terapi biasa.
Vaginismus adalah gangguan kompleks yang melibatkan faktor psikologis dan fisiologis. Terapi stem cell membuka peluang baru dalam mengatasi nyeri saat hubungan dengan pendekatan regeneratif, khususnya untuk pasien yang tidak merespon terapi konvensional. Diperlukan lebih banyak studi klinis langsung untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan terapi ini dalam konteks vaginismus.
Untuk info lebih lanjut mengenai bagaimana terapi Stem Cell dalam mengatasi vaginismus, Anda bisa mendapatkan informasi dan edukasi lengkap bersama Regenic. Dapatkan juga perkembangan terbaru seputar Secretome & Stem Cell Indonesia hanya di Regenic.
Sumber Referensi:
Check, J. H., & Check, D. (2023). Eradication of Long-Term Vaginismus Type of Genito-Pelvic Pain/ Penetration Disorder by Treating with Dextroamphetamine Sulfate. Gynecology & Reproductive Health.https://doi.org/10.33425/2639-9342.1217
Chalmers, J. (2024). Clinical assessment and management of vaginismus. Australian Journal of General Practice, 53(1–2), 37–41.https://doi.org/10.31128/AJGP/06-23-6870
Heydarian, M., Gholamzadehjefreh, M., & Masoud, S. (2021). Perception of the lived experience of women with dyspareunia and vaginismus: qualitative study. https://doi.org/10.18502/qjcr.v20i77.6146
Kutty, M. (2021). Female sexual pain disorders: dyspareunia and vaginismus. Reproductive System and Sexual Disorders. https://doi.org/10.1097/YCO.0000000000000098
Tetik, S., & Alkar, Ö. Y. (2021). Vaginismus, Dyspareunia, and Abuse History: A Systematic Review and Meta-analysis. The Journal of Sexual Medicine.https://doi.org/10.1016/j.jsxm.2021.07.004
Naumova, I., & Castelo-Branco, C. (2018). Current treatment options for postmenopausal vaginal atrophy. International Journal of Women's Health, 10, 387–395.https://doi.org/10.2147/IJWH.S158913
Kasilovska, P. (2024). Vulvovaginal atrophy treatment with PRP, hyaluronic acid, and stem cells in postmenopausal women. MAR Gynecology & Urology, 6(5), 1–16.https://doi.org/10.5281/zenodo.13821571
Hoang, V. T., Nguyen, H.-P., Nguyen, V. N., Hoang, D. M., Nguyen, T.-S. T., & Nguyen Thanh, L. (2022). Adipose-derived mesenchymal stem cell therapy for the management of female sexual dysfunction: Literature reviews and study design of a clinical trial. Frontiers in Cell and Developmental Biology, 10, Article 956274.https://doi.org/10.3389/fcell.2022.956274