Anemia aplastik adalah kondisi langka namun serius dimana sumsum tulang tidak mampu memproduksi cukup sel darah merah, putih, dan trombosit. Ini menyebabkan tubuh kekurangan darah yang dibutuhkan untuk mengangkut oksigen, melawan infeksi, atau menghentikan perdarahan. Pada bentuk kronis, gejalanya bisa berlangsung lama dan memburuk secara bertahap.
Penderita anemia aplastik kronis biasanya mengalami kelelahan berlebih, kulit pucat, sering infeksi, mudah memar, atau mimisan tanpa sebab jelas. Karena jumlah sel darah yang rendah, sistem kekebalan tubuh juga menjadi lemah.
Penyebab penyakit ini bisa bermacam-macam. Bisa berasal dari faktor autoimun, paparan bahan kimia beracun, penggunaan obat tertentu, infeksi virus, atau kondisi genetik. Sayangnya, sekitar 70% kasus tetap tidak diketahui penyebab pastinya.
Karena sifatnya yang serius, anemia aplastik kronis memerlukan pengobatan jangka panjang dan dalam beberapa kasus memerlukan terapi intensif seperti transplantasi stem cell atau yang disebut juga dengan sel punca.
Baca Artikel Lainnya: Secretome dan Penyembuhan Luka Diabetes: Beberapa Uji Klinis
Mekanisme Stem Cell dalam Mengatasi Anemia Aplastik
Terapi stem cell pada anemia aplastik kronis bekerja melalui proses regenerasi, yaitu menggantikan sel-sel sumsum tulang yang rusak atau mati dengan sel punca sehat. Stem cell ini memiliki kemampuan istimewa, yaitu bisa membelah diri, berkembang menjadi berbagai jenis sel darah (sel darah merah, putih, dan trombosit), dan menetap di sumsum tulang untuk membangun kembali sistem pembentukan darah yang sehat dan seimbang.
Pada anemia aplastik, kerusakan sumsum tulang sering kali disebabkan oleh respons autoimun, dimana sistem kekebalan tubuh menyerang sel punca hematopoietik sendiri. Hal ini menyebabkan sumsum tulang menjadi “kosong” atau hiposeluler. Akibatnya, tubuh tidak lagi memproduksi cukup sel darah, sehingga pasien mengalami gejala seperti kelelahan berat, infeksi berulang, dan perdarahan spontan.
Dengan mentransplantasikan stem cell yang sehat, baik dari donor yang cocok maupun dari sumber alternatif seperti darah tali pusat atau bahkan Mesenchymal Stem Cells (MSCs), terapi ini bertujuan “menghidupkan kembali” fungsi sumsum tulang pasien. Sel-sel punca yang ditransplantasi akan bermigrasi ke dalam sumsum tulang dan mulai berkembang menjadi sel darah yang dibutuhkan oleh tubuh.
Terapi stem cell juga membantu memperbaiki ekosistem mikro di dalam sumsum tulang. Lingkungan mikro ini sangat penting karena mendukung pertumbuhan dan aktivitas normal sel-sel darah. Mesenchymal Stem Cells, misalnya, menghasilkan faktor-faktor bioaktif yang mengurangi peradangan, memperbaiki jaringan pendukung, dan menciptakan “rumah baru” yang sehat bagi sel punca hematopoietik.
Selain itu, terapi stem cell juga mampu menekan aktivitas abnormal dari sistem imun yang menyerang tubuh sendiri. Ini penting untuk mencegah kambuhnya kerusakan sel punca setelah transplantasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa keberhasilan terapi ini tidak hanya tergantung pada kualitas sel punca, tetapi juga pada kemampuan mereka menciptakan lingkungan imunologis yang lebih seimbang dan sehat.
Dalam jangka panjang, jika transplantasi berhasil, pasien bisa mencapai remisi total dan tidak lagi tergantung pada transfusi darah atau obat imunosupresan. Terapi ini memberikan peluang nyata untuk penyembuhan, bukan sekadar pengelolaan gejala.
Jenis Stem Cell Apa yang Digunakan?
Dalam terapi anemia aplastik kronis, jenis stem cell yang digunakan memiliki peran penting dalam menentukan keberhasilan terapi. Secara umum, ada dua jenis utama stem cell yang digunakan adalah Hematopoietic Stem Cell (HSC) dan Mesenchymal Stem Cell (MSC). Keduanya memiliki fungsi yang berbeda, tetapi bisa saling melengkapi.
1. Hematopoietic Stem Cell (HSC)
Ini adalah jenis stem cell yang paling umum digunakan dalam transplantasi untuk anemia aplastik. HSC bertugas membentuk semua jenis sel darah, yaitu sel darah merah untuk membawa oksigen, sel darah putih untuk melawan infeksi, dan trombosit untuk membantu pembekuan darah. HSC biasanya diambil dari:
Sumsum tulang belakang (bone marrow)
Darah perifer (darah yang diambil dari pembuluh darah setelah diberi obat untuk merangsang pelepasan stem cell dari sumsum tulang)
Darah tali pusat (umbilical cord blood)
Penggunaan Hematopoietic Stem Cell (HSC) dari donor dengan kecocokan genetik yang tinggi, biasanya saudara kandung, menunjukkan hasil yang paling optimal dalam transplantasi. Namun, jika donor keluarga tidak tersedia, alternatif lain seperti donor tidak dikenal (matched unrelated donor) dapat digunakan.
Berkat kemajuan teknologi pencocokan jaringan (human leukocyte antigen atau HLA matching), kemungkinan menemukan donor yang sesuai kini semakin tinggi, sehingga membuka peluang lebih luas bagi pasien untuk mendapatkan terapi yang tepat.
2. Mesenchymal Stem Cell (MSC)
MSC adalah jenis stem cell pendukung yang tidak membentuk sel darah, tetapi berfungsi menciptakan lingkungan yang sehat di dalam sumsum tulang agar HSC dapat bertahan dan berkembang dengan optimal. MSC bisa diperoleh dari berbagai sumber, seperti:
Jaringan lemak (adiposa)
Sumsum tulang
Tali pusat
Jaringan gigi, seperti pulpa gigi bungsu (gigi molar ketiga)
MSC memiliki sifat antiinflamasi dan imunomodulasi, yang artinya dapat membantu menekan sistem imun pasien yang terlalu aktif dan menyerang sel darahnya sendiri. Selain itu, MSC juga membantu memperbaiki “niche” atau ekosistem mikro di sumsum tulang yang rusak akibat penyakit atau terapi sebelumnya. Hal ini membuat HSC bisa tumbuh dan berfungsi lebih baik setelah ditransplantasikan.
3. Haploidentical dan Sumber Alternatif
Bagi pasien yang tidak memiliki donor yang cocok 100%, kini tersedia metode transplantasi stem cell dari donor yang hanya cocok sebagian (haploidentical donor). Sumbernya bisa dari orang tua, anak, atau saudara kandung yang tidak sepenuhnya cocok secara HLA. Metode ini sudah digunakan dengan keberhasilan yang menjanjikan, terutama dengan adanya pengembangan obat imunosupresif dan protokol pengkondisian baru.
Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa kombinasi transplantasi HSC dan MSC memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan hanya dengan HSC saja. MSC tidak hanya membantu regenerasi sumsum tulang, tapi juga dapat menekan risiko komplikasi seperti Graft-Versus-Host Disease (GVHD), yaitu kondisi saat sistem imun donor menyerang jaringan tubuh pasien.
Baca Artikel Lainnya: Mitos vs Fakta: Kebenaran Seputar Stem Cell
Manfaat Terapi Stem Cell untuk Anemia Aplastik
Beberapa manfaat utama dari terapi stem cell untuk anemia aplastik antara lain:
Memulihkan produksi sel darah merah, putih, dan trombosit secara alami.
Mengurangi ketergantungan pada transfusi darah.
Memperbaiki sistem kekebalan tubuh secara bertahap.
Menurunkan risiko infeksi berat dan perdarahan.
Potensi penyembuhan jangka panjang bahkan permanen
Prosedur Terapi Stem Cell untuk Anemia Aplastik
Prosedur terapi stem cell untuk anemia aplastik umumnya diawali dengan serangkaian pemeriksaan medis lengkap guna memastikan kesiapan pasien. Setelah dinyatakan layak, pasien akan menjalani tahap persiapan (conditioning) yang melibatkan pemberian obat kemoterapi dosis rendah atau imunosupresan. Tujuannya adalah untuk menekan sistem imun dan membersihkan sel-sel lama di sumsum tulang agar stem cell baru dapat “menetap” dan berfungsi dengan baik.
Setelah tahap ini, stem cell yang sehat dari donor akan ditransplantasikan ke tubuh pasien melalui infus, prosedurnya mirip seperti transfusi darah. Stem cell ini kemudian akan bermigrasi ke sumsum tulang dan memulai proses regenerasi, yaitu membentuk sel darah merah, putih, dan trombosit yang baru. Pasien akan dirawat di ruangan khusus untuk menghindari infeksi dan dipantau ketat selama masa kritis.
Dalam beberapa minggu, jika transplantasi berhasil, tanda-tanda produksi sel darah baru mulai muncul. Pasien juga mungkin diberikan obat penekan imun untuk mencegah penolakan terhadap sel donor. Selama beberapa bulan ke depan, kontrol rutin sangat penting untuk memastikan tubuh pasien menerima dan memanfaatkan stem cell baru secara optimal.
Baca Artikel Lainnya: Terapi Secretome dan Potensinya dalam Tatalaksana Gagal Jantung
Studi Klinis dan Bukti Ilmiah
Penelitian oleh Haroon pada tahun 2023, membandingkan efektivitas transplantasi stem cell alogenik dengan terapi imunosupresif sebagai pengobatan lini pertama untuk pasien dengan anemia aplastik berat (Severe Aplastic Anemia). Studi ini dilakukan pada pasien manusia dan dipublikasikan dalam jurnal HemaSphere. Hasilnya menunjukkan bahwa transplantasi stem cell alogenik menghasilkan tingkat kesembuhan dan kelangsungan hidup yang lebih tinggi, terutama pada pasien muda dengan donor yang cocok.
Terapi stem cell terbukti mampu menggantikan sumsum tulang yang rusak dan membangun kembali sistem hematopoietik secara berkelanjutan, memberikan hasil yang lebih stabil dibanding terapi obat jangka panjang. Penelitian ini memperkuat posisi transplantasi stem cell sebagai terapi kuratif yang sangat efektif untuk anemia aplastik berat atau kronis bila dilakukan dengan protokol yang tepat.
Meski demikian, terapi ini bukan tanpa risiko. Oleh karena itu, konsultasi dengan dokter sangat penting untuk menentukan apakah terapi stem cell merupakan pilihan yang paling tepat sesuai kondisi masing-masing pasien.
Dengan kemajuan teknologi medis dan riset yang terus berkembang, terapi stem cell semakin menunjukkan potensinya sebagai solusi regeneratif untuk mengatasi anemia aplastik kronis secara menyeluruh, bukan hanya memperpanjang hidup, tapi juga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Jika Anda memiliki pertanyaan lainnya seputar stem cell dan secretome, ataupun lebih khusus mengenai “Terapi Stem Cell untuk Anemia Aplastik Kronis”, Anda bisa segera menghubungi tim kami di Regenic.
Sumber Referensi:
Popova‐Labachevska, M., Pivkova-Veljanovska, A., Trajkova, S., Chadievski, L., Georgievski, B., Cevreska, L., Ridova, N., Jakimovska, S., Grivchevska, M., Labacevski, B., & Panovska-Stavridis, I. (2021). Treatment of patients with severe aplastic anaemia with allogeneic stem cell transplantation - single centre experience. Macedonian Pharmaceutical Bulletin. https://doi.org/10.33320/maced.pharm.bull.2021.67.02.008.
Haroon, A., Fakih, R., Aljurf, M., Sharif, M., Elhassan, T., & Alzahrani, H. (2023). P788: OUTCOME OF SEVERE APLASTIC ANEMIA TREATED WITH ALLOGENIC STEM CELL TRANSPLANTATION COMPARED WITH IMMUNOSUPPRESSIVE THERAPY AS FIRST LINE.. HemaSphere, 7. https://doi.org/10.1097/01.HS9.0000970056.73977.c2.
Gonzaga, V., Wenceslau, C., Vieira, D., Policíquio, B., Khalil, C., Araldi, R., & Kerkis, I. (2022). Therapeutic Potential of Human Immature Dental Pulp Stem Cells Observed in Mouse Model for Acquired Aplastic Anemia. Cells, 11. https://doi.org/10.3390/cells11142252.
Onishi, Y. (2024). Aplastic anemia: history and recent developments in diagnosis and treatment.. International journal of hematology. https://doi.org/10.1007/s12185-024-03715-1.