Myasthenia Gravis (MG) merupakan salah satu golongan penyakit autoimun yang memengaruhi sistem saraf dan otot. Kondisi ini menyebabkan otot menjadi lemah dan cepat lelah, terutama setelah melakukan aktivitas.
Gejala awal yang umum meliputi kelopak mata yang turun (ptosis), pandangan ganda, serta kesulitan berbicara, mengunyah, atau bahkan bernapas pada kasus yang berat. Penyebab utama MG adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang secara keliru menyerang reseptor asetilkolin di permukaan otot, yaitu bagian penting yang membantu otot merespons sinyal dari saraf. Akibatnya, komunikasi antara saraf dan otot menjadi terganggu.
Pengobatan konvensional untuk MG biasanya bertujuan untuk mengelola gejala dan menekan sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif. Meskipun pengobatan ini dapat membantu banyak pasien mengendalikan gejala, pengobatan ini sering kali memiliki efek samping dan tidak menyembuhkan penyakit sepenuhnya.
Pilihan pengobatan seperti terapi stem cell hadir sebagai solusi yang efektif. Terapi stem cell diyakini memiliki potensi besar dalam membantu penyembuhan penyakit autoimun, termasuk MG. Stem cell bekerja dengan cara memperbaiki dan mengatur kembali sistem imun yang terganggu.
Jenis Stem Cell untuk Myasthenia Gravis
Hematopoietic Stem Cells (HSCs)
HSCs merupakan stem cell dewasa yang ditemukan di sumsum tulang dan memiliki kemampuan untuk menghasilkan semua jenis sel darah, termasuk sel-sel sistem kekebalan tubuh. Terapi yang melibatkan HSCs, terutama autologous Hematopoietic Stem CellTransplantation (aHSCT), di mana stem cell pasien dikumpulkan dan kemudian ditransplantasikan kembali setelah menjalani kemoterapi intensif untuk meregenerasi sistem imun, menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam mengobati berbagai penyakit autoimun, termasuk MG pada beberapa kasus.
Mesenchymal Stem Cells (MSCs)
MSCs merupakan jenis stem cell dewasa lainnya yang dapat ditemukan di berbagai jaringan seperti sumsum tulang, jaringan lemak, dan tali pusat. MSCs dikenal memiliki kemampuan untuk memodulasi sistem kekebalan tubuh (immunomodulatory) dan mengurangi peradangan. Sel ini juga dapat melepaskan faktor-faktor yang mendukung perbaikan jaringan. Karena sifat-sifat ini, MSCs juga sedang diteliti sebagai terapi yang berkemungkinan akan berpotensi untuk MG.
Baca Artikel Lainnya: Mitos vs Fakta: Kebenaran Seputar Stem Cell
Mekanisme Kerja Stem Cell dalam Pengobatan Myasthenia Gravis
- Membangun Kembali Sistem Kekebalan Tubuh:Stem cell pada pasien yang telah dikumpulkan ditransplantasikan kembali untuk membangun kembali sistem kekebalan tubuh yang baru dan diharapkan lebih toleran terhadap jaringan tubuh sendiri, termasuk otot. Proses ini bertujuan untuk menghentikan serangan autoimun yang menjadi ciri khas MG.
- Modulasi Respons Imun:Stem cell memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan berbagai sel-sel kekebalan tubuh dan mempengaruhi aktivitas mereka. Sel tersebut dapat menekan produksi sitokin pro-inflamasi (zat kimia yang memicu peradangan) dan meningkatkan produksi sitokin anti-inflamasi.
- Perlindungan dan Perbaikan Jaringan: Selain efek imunomodulatornya, stem cell memungkinkan untuk melepaskan faktor-faktor pertumbuhan dan molekul lain yang dapat melindungi sel-sel otot dari kerusakan lebih lanjut.
Studi Klinis Keberhasilan Terapi Stem Cell untuk Myasthenia Gravis
Keberhasilan terapi stem cell untuk MG dilaporkan pada studi klinis dengan judul Remission of severe myasthenia gravis after autologous stem cell transplantation. Seorang pasien dengan MG refrakter berat yang menjalani transplantasi sel induk hematopoietik autologous (HCT) dosis tinggi.
Pasien telah 14 tahun menderita MG dengan antibodi acetylcholine receptor (AChR) positif dan telah gagal dengan terapi timektomi, pertukaran plasma terapeutik, dan beberapa agen imunomodulator. Dalam beberapa hari setelah pemberian HCT, pasien mulai membaik secara klinis dan tetap bebas gejala hingga 1 dan 2 tahun kemudian. Hasil studi klinis menunjukkan bahwa HCT dapat menginduksi respons menyeluruh terhadap aktivitas penyakit pada pasien dengan MG refrakter berat.
Meskipun studi ini menunjukkan hasil yang baik, penerapan terapi stem cell pada pasien MG masih menghadapi tantangan signifikan karena belum ada uji klinis yang menunjukkan efektivitas jangka panjang, keamanan, dan respons imun. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan bahwa terapi ini aman dan efektif sebelum dapat diterapkan secara luas pada penderita Myasthenia Gravis (MG).
Baca Artikel Lainnya: Secretome: Harapan Baru untuk Penyakit Autoimun
Terapi stem cell menawarkan harapan baru bagi penderita Myasthenia Gravis (MG). Terutama karena kemampuan regeneratif dan efek imunomodulator yang dimilikinya, terapi stem cell dapat membantu mengurangi gejala, memperbaiki fungsi otot, dan menurunkan kebutuhan akan pengobatan jangka panjang yang sering kali disertai efek samping. Jika terus dikembangkan dengan pendekatan yang tepat dan berbasis bukti ilmiah, terapi stem cell bisa menjadi alternatif pengobatan yang efektif bagi penderita MG di masa depan.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan efektivitas dan keamanan dari terapi sel (stem cell dan secretome) dalam berbagai kondisi klinis. Jika Anda ingin berkonsultasi terkait terapi Stem Cell untuk Myasthenia Gravis, silakan menghubungi Regenic.
Sumber Referensi:
- National Health Service. (2023). Myasthenia gravis. NHS. diakses dari https://www.nhs.uk/conditions/myasthenia-gravis/
- Schlatter, M. I., Yandamuri, S. S., O'Connor, K. C., Nowak, R. J., Pham, M. C., Obaid, A. H., Redman, C., Provost, M., McSweeney, P. A., Pearlman, M. L., Tees, M. T., Bowen, J. D., & Nash, R. A. (2023). Remission of severe myasthenia gravis after autologous stem cell transplantation. Annals of Clinical and Translational Neurology, 10(11), 2105–2113. Diakses dari https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1002/acn3.51898
- Sossa Melo, C. L., Peña, A. M., Salazar, L. A., Jiménez, S. I., Gómez, E. D., Chalela, C. M., Ayala-Castillo, M., & Peña, I. M. (2019). Autologous hematopoietic stem cell transplantation in a patient with refractory seropositive myasthenia gravis: A case report. Neuromuscular Disorders, 29(2), 142–145. Diakses dari https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30639064/